BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Reproduksi
merupakan proses pembentukan individu baru dari individu yang sudah ada dan
merupakan ciri khas dari semua makhluk hidup karena bertujuan untuk
mempertahankan kelestarian suatu spesies dari kepunahan. Dalam upaya melestarikan kelangsungan
hidupnya, setiap organisme mampu memperbanyak diri sehingga setiap generasi
mampu menghasilkan individu baru untuk menggantikan generasi sebelumnya.
Proses
Gametogenesis tidak terlepas dari reproduksi. Gametogenesis yaitu mekanisme
pembentukan gamet, dari hasil pembentukan gamet yaitu sperma dan ovum maka
dapat terjadi fertilisasi sehingga akhirnya akan menghasilkan individu
baru.Spermatogenesis merupakan gamet jantan yang terbentuk melalui proses
Spermatogenesis dimana dalam proses spermatogenesis ini akan menghasilkan
Sperma yang fungsional yang siap membuahi ovum sehingga akan terbentuk zigot.
Proses
Spermatogenesis yang menghasilkan sperma juga merupakan awal dari proses yang
paling penting untuk menghasilkan zigot atau individu baru. Proses ini ditandai dengan adanya perubahan spermatogonium
menjadi spermatid (calon sperma) yang akan mengalami pemasakan Pada Proses
Spermatogenesis akan terjadi pembelahan mitosis dan meiosis. Spermatogonium yang terletak
di paling luar tubulus seminiferus dan yang melekat pada membran basalis, mengalami
mitosis berulang – ulang. Ini tumbuh menjadi spematosit. Spermatosit mengalami
meiosis menjadi spermatid. Spermatid mengalami spermiogenesis menjadi sperma,
yang dipelihara oleh sel Sertoli. Satu sel Sertoli memelihara berpuluh
spermatid, terletak didaerah puncaknya. Proses pembentukan sperma dipengaruhi
oleh hormon gonadotropin, FSH, LH dan hormon testosteron. Jika peristiwa
pembentukan sperma ini sudah selesai, maka protein pengikat androgen tidak
diperlukan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan gametogenesis ?
2.
Apa yang dimaksud dengan spermatogenesis ?
3.
Bagaimana proses spermatogenesis dalam gametogenesis
?
4.
Bagaimana spermatogenesis pada hewan vertebrata ?
5.
Bagaimana spermatogenesis pada hewan invertebrata
?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui definisi gametogenesis
2.
Untuk mengetahui definisi spermatogenesis
3.
Untuk mengetahui proses spermatogenesis dalam
gametogenesis
4.
Untuk mengetahui spermatogenesis pada hewan vertebrata
5.
Untuk mengetahui spermatogenesis pada hewan invertebrata
D.
Manfaat penulisan
1.
Dapat mengetahui definisi gametogenesis
2.
Dapat mengetahui definisi spermatogenesis
3.
Dapat mengetahui proses spermatogenesis
4.
Dapat mengetahui spermatogensis pada hewan vertebrata
5.
Dapat mengetahui spermatogenesis pada hewan invertebrata
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Gametogenesis
Gametogenesis yaitu proses pembentukan dan
dihasilkannya gamet matang sehingga mampu membuahi dan dibuahi. Sel gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis
dan gamet betina (ovum) yang dihasilkan di ovarium. Pembentukan
spermatozoa disebut dengan spermatogenesis dan pembentukan ovum disebut dengan
Oogenesis.
Gametogenesis adalah perkembangan sel kelamin
jantan dan betina atau gamet. Sedangkan gamet adalah sel reproduksi haploid
(oosit atau spermatozoa) yang penyatuannya diperlukan dalam reproduksi seksual
untuk mengawali perkembangan individu baru. Gametogenesis merupakan pembelahan
meiosis yakni metode khusus pembelahan sel, terjadi pada maturasi sel kelamin
dengan cara setiap inti sel anak menerima separuh jumlah sifat kromosom sel
somatik spesiesnya. Beberapa dari tahap – tahap meiosis sangat menyerupai tahap
– tahap terkait yang terdapat pada mitosis. Meiosis, seperti halnya mitosis
didahului oleh replikasi kromosom. Namun, replikasi tunggal ini diikuti oleh
dua pembelahan sel yang berurutan yang disebut meiosis I dan meiosis II.
Pembelahan ini menghasilkan empat sel anak, masing – masing hanya mempunyai
setengah dari jumlah kromosom sel induk.
Ovum
Sperma
Gametogenesis
Secara umum, proses gametogenesis terdiri dari 4
tahap :
1.
Perbanyakan (Proliferasi)
2.
Pertumbuhan
3.
Pematangan
4.
Perubahan bentuk
Tahap perbanyakan berlangsung secara mitosis
berulang-ulang. Gametogonium (sel induk gamet) membelah menjadi 2, 2 jadi 4, 4
jadi 8 dan seterusnya. Gametogonium ini akan tumbuh, membesar menjadi
gametosist I. Gametosit I mengalami tahap pematangan, berlangsung secara
meiosis. Akhir meosis I terbentuk gametosit II, dan akhir meiosis II terbentuk
gametid. Gametid mengalami tahap perubahan bentuk (transformasi) menjadi gamet.
B.
Spermatogenesis
Spermatogenesis berasal dari kata sperma dan genesis (pembelahan). Pada
spermatogenesis terjadi pembelahan secara mitosis dan meiosis. Spermatogenesis
merupakan tahap atau fase-fase pendewasaan sperma di epididimis. Setiap satu
spermatogonium akan menghasilkan empat sperma matang. Proses pembentukan dan
pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.
Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta
menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan.
Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone
gonadtotropin dan testosterone (Wildan yatim, 1990).
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel gamet jantan (spermatozoa)
yang terjadi di dalam testis. Di dalam testis ada bagian yang disebut tubulus
seminiferus. Pada bagian ini terdapat sel-sel primordium yang bersifat diploid.
Sel-sel primordium akan mengalami pembelahan mitosis secara berulang kali.
Salah satu hasil pembelahannya adalah terbentunya spermatogonium.
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis
terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel
germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk
membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang
kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari
jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang
berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus
terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis
umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium =
tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel
tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak
diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa
atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara
tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
C. Proses
Spermatogenesis
Awal dari pembentukan sperma yaitu dari sel-sel
primordium yang bersifat diploid. Sel-sel primordium akan mengalami pembelahan
mitosis secara berulang kali. Salah satu hasil pembelahannya adalah terbentunya
spermatogonium. Spermatogenesis mencakup pematangan
sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang
bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
Spermatogenesis diawali dari spermatogonium
yang bersifat diploid (2n) membelah secara mitosis menghasilkan spermatosit primer yang bersifat
diploid (2n), kemudian spermatosit primer membelah secara meiosis I dihasilkan
dua spermatosit sekunder yang bersifat haploid (n) dan pada akhir meiosis II
dihasilkan empat spermatid yang bersifat haploid (n). akhirnya, spermatid
mengalami differensiasi dan berubah menjadi spermatozoa.
Ada
tiga tahap utama dalam proses spermatogenesis secara detail yaitu :
- Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali
yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif
dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia
ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang
bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di
tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia
tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah
beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang
masih bersifat diploid
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada
inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel
anak, yaitu spermatosit sekunder.
- Tahap meiosis
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma
makin banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom
(haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II
membentuk empat buah spermatid
yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel
benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan
(Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II
memiliki inti yang gelap.
Tahap meiosis I dan II dapat dituliskan sebagai berikut :
1) Pembelahan Meiosis 1
a. Interfase 1
Meiosis didahului oleh interfase yang mana selama fase ini
setiap kromosom bereplikasi. Untuk setiap kromosom hasilnya adalah dua kromatid
saudara yang identik secara genetik yang tetap melekat pada sentromernya. Pada
fase ini sentrosom juga bereplikasi menjadi dua.
b. Profase 1
1) Leptoten
2) Zigoten
3) Pakhiten
4) Diploten
5) Diakenesis
c. Metafase 1
d. Anafase I
e. Telofase 1
2)
Pembelahan meiosis 2
a. Profase II
b. Metafase II
c. Anafase II
d. Telofase II
- Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase
yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir
berupa empat spermatozoa masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali,
spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid
mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala
dan ekor. Dua spermatozoa akan membawa kromosom
penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini
bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu
akan dipertahankan.
Spermiogenesis
Spermatogenesis
1.
Spermatogonium
Merupakan tahap pertama pada
spermatogenesis yang dihasilkan oleh testis.
Spermatogoium terbentuk dari 46 kromosom dan 2N kromatid.
2.
Spermatosit Primer
Merupakan mitosis dari spermatogonium.
Pada tahap ini tidak terjadi pembelahan. Spermatosit primer terbentuk dari 46 kromosom dan 2N kromatid.
3.
Spermatosit Sekunder
Merupakan meiosis dari spermatosit primer. Pada
tahap ini terjadi pembelahan secara meiosis.
Spermatosit sekunder terbentuk dari 23 kromosom
dan 1N kromatid.
4.
Spermatid
Merupakan meiosis dari spermatosit sekunder. Pada
tahap ini terjadi pembelahan secara meiosis
yang kedua. Spermatid terbentuk dari 23 kromosom
dan 1N kromatid.
5.
Sperma
Merupakan diferensiasi atau pematangan dari spermatid. Pada tahap ini
terjadi diferensiasi.
Sperma terbentuk dari 23 kromosom dan 1N kromatid dan merupakan
tahap sperma yang telah matang dan siap dikeluarkan.
D.
Hormon yang
Berperan dalam Proses Spermatogenesis
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa
hormon. Hormon-hormon tersebut adalah sebagai berikut:
a)
Testosteron
Testosteron adalah hormon yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan seks sekunder pria seperti pertumbuhan rambut di wajah (kumis dan
jenggot), pertambahan massa otot, dan perubahan suara. Hormon ini diproduksi di
testis, yaitu di sel Leydig. Produksinya dipengaruhi oleh FSH (Follicle
Stimulating Hormone), yang dihasilkan oleh hipofisis. Hormon ini penting
bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama
pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder. Hormon ini berfungsi
merangsang perkembangan organ seks primer pada saat embrio, mempengaruhi
perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin sekunder serta mendorong
spermatogenesis.
b)
Luteinizing Hormone/LH
Hormon ini
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi LH adalah merangsang sel
Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron
memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. Pada pria, awal pubertas antara usia
13 sampai 15 tahun terjadi peningkatan tinggi dan berat badan yang relatif
cepat bersamaan dengan pertambahan lingkar bahu dan pertambahan panjang penis
dan testis. Rambut pubis dan kumis serta jenggot mulai tumbuh. Pada masa ini,
pria akan mengalami mimpi basah.
c)
Follicle Stimulating Hormone/FSH
Hormon ini
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH berfungsi untuk merangsang sel
Sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan
spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis.
Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
d)
Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika distimulasi oleh FSH.
Sel-sel Sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat
testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus
seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
e)
Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan
diperlukan untuk mengatur metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus
meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
f)
Hormon Gonadotropin
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini
berfungsi untuk merangsang kelenjar hipofisa bagian depan (anterior) agar
mengeluarkan hormon FSH dan LH.
E.
Bagian – Bagian
dari Sperma
Struktur spermatozoa tersebut terdapat bagian kepala dan ekor,
dapat terlihat bahwa sel-sel sperma memiliki struktur sebagai berikut.
1.
Kepala (caput),
terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma, mengandung inti
(nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian membran permukaan
di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase
yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
- Leher (cervix), menghubungkan kepala dengan badan.
- Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang
berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
- Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa
masak ke dalam vas deferen dan ductus ejakulotoris dan untuk alat pergerakan sperma sehingga dapat mencapai
sel telur.
Struktur
Spermatozoa
- Contoh Proses
Spermatogenesis Inveetebrata dan Vertebrata
Secara umum, proses spermatogenesis pada invertebrata dan
vertebrata memiliki kesamaan. Namun adapun perbedaannya terletak pada ukuran,
bentuk spermatozoa dan waktu pembentukannya.
1.
Spermatogenesis
pada Invertebrata
Proses spermatogenesis pada invertebrata berjalan seperti
pada umumnya yaitu terdiri dari fase spermatocyogenesis, tahap meiosis dan
spermiogenesis. Spermatogenesis invertebrata lebih cepat, bentuk sperma lebih sederhana dan
esensial. Sebagian besar dari invertebrata
memiliki sperma yang tidak berflagel. Contohnya nematoda dan crustacea. Bentuk sperma bergantung dari siklus
hidupnya, bentuk penyimpanan sperma, cara fertilisasi ( internal lebih modern), kemampuan
menembus sel telur dan banyak gamet yang dihasilkan umumnya yang mengadakan
pembuahan diluar tubuh induk, jumlah gamet jantan sama dengan jumlah gamet
betina.
Crustacea
Nematoda
Sperma tidak
berflagel
2.
Spermatogenesis
pada Vertebrata
Proses
spermatogenesis pada vertebrata memiliki fase yang sama seperti pada umumnya. yaitu
terdiri dari fase spermatocyogenesis, tahap meiosis dan spermiogenesis.
Perbedaannya terdapat pada bentuk, ukuran, ketahanan sperma dan waktu
pembentukannya. Contoh proses spermatogenesis pada vertebrata misalnya ikan, katak,
ayam, mencit, domba dan manusia.
a.
Spermatogenesis
pada Ikan
Menurut Chinabut et al (1991), perkembangan testis ikan dalam
proses spermatogenesis dapat dibagi atas 5 tahap, yaitu :
Tahap I :
Spermatogonia
Sel-sel epitel germinal aktif membentuk spermatogonia, hampir diseluruh
tubulus. Kebanyakan sel spermatogonia mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya
tidak beraturan dengan membrane siste yang tidak jelas kelihatan. Nukleus
mengandung granula-granula berwarna terang dengan ukuran dan bentuk yang
bervariasi, serta mempunyai sebuah nukleolus. Spermatogonia berukuran 10,80 ~
13,31 µ.
Tahap II :
Spermatosit primer
Proses akhir spermatogonia akan tumbuh dan membelah menjadi spermatosit
primer. Membrane siste spermatosit primer terlihat dengan jelas dan setiap
siste mengandung banyak sel spermatosit primer. Spermatosit primer mempunyai
nukleus berbentuk bola dan mengandung granula-granula berwarna gelap.
Spermatosit primer berukuran 4,59 ~ 5,20 µ. Pada tahap ini terjadi duplikasi kromosom
menjadi 4 n, sehingga setiap spermatosit primer mengandung 4 n kromosom dalam
nukleus.
Tahap III :
Spermatosit sekunder
Spermatosit primer akan membelah secara mitosis membentuk spermatosit
sekunder. Ukuran spermatosit sekunder lebih kecil dari spermatosit primer dan
nukleusnya mengandung kromatin yang tebal. Spermatosit primer berukuran 3,31 ~
4,25 µ. Pada tahap ini terjadi pembelahan miosis, sehingga setiap spermatosit
sekunder mengandung 2 n kromosom dalam nukleus.
Tahap IV :
Spermatid
Siste-siste yang berisi spermatosit sekunder akhirnya berkembang dan
melepaskan sel-selnya ke dalam lumen tubulus, kemudian matang sempurna menjadi
spermatid. Pada tahap ini terjadi pembelahan secara miosis, sehingga setiap
spermatid mengandung n kromosom dalam nukleus.
Tahap V :
Spermatozoa
Spermatid mengalami perubahan bentuk atau mengalami metamorfosa menjadi
spermatozoa yang dilengkapi dengan kepala dan ekor, sehingga bisa bergerak
aktif di dalam lumen tubulus. Disini terbentuk spermatozoa Y (jantan) dan
spermatozoa X (betina). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 dan
Gambar 2 di bawah ini.
Gambar
1. Gambar
2.
Gambar 1. Skema Potongan
Melintang Tubulus Semeniferi Clarias gariepinus (Van Oordt et al,
1987)
Gambar 2. Struktur Sebuah Tubulus
Semeniferi Ikan Liza aurata dalam Proses Spermatogenesis (Grier dan
Grier dalam Brusle et al, 1982).
Ketahanan sperma ikan di luar tubuh hanya 10 menit.Sperma pada ikan
memiliki ciri kepala berbentuk bulat, dengan diameter sekitar 2,86-0,16 mikro
meter, panjang sekitar 25,86 mikro meter. Pada pangkal flagella ada bangunan
seperti cincin.
Sperma Ikan
b.
Spermatogenesis
pada Katak
Spermatogenesis
pada katak, tidak jauh berbeda dengan spermtogenesis pada hewan vertebrata
lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada susunan tubulus seminiferus. Setelah
spermatogonia dibentuk, spermatogonia akan menjadi spermatosit primer yang
kemudian bergerak ke tubulus seminiferus. Pada fase ini terjadi duplikasi DNA,
kemudian mengalami meiosis I dan menghasilkan 2 spermatosit sekunder yang
haploid. Spermatid (n) terbentuk setelah spermatosit sekunder mengalami meiosis
II. Selama proses spermiogenesis, ekor pada spermatid mulai terbentuk. Jika
semua bagian pada sperma telah terbentuk maka sel tersebut telah menjadi spermatozoa.
Ketahan sperma di luar tubuh hanya 1 – 2 jam. Bagian dari sperma katak terdiri
dari 4 bagian yaitu kepala,leher badan dan ekor. Ukuran sperma ± 0.03 mm ,
kepala panjang, bentuk batang acrosome, bentuk manic, ekor sukar di bedakan
dari badan.
c.
Spermatogenesis
pada Ayam
Siklus spermatogenesis pada ayam berlangsung rata – rata 74 hari. Artinya
, perkembangan sel spermatogonia menjadi spermatozoa matang memerlukan waktu
rata – rata 74 hari. Sementara itu pemasakan spermatosit menjadi sperma memerlukan
waktu dua hari.proses pemasakan spermatosit menjadi sperma dinamakan
spermatogenesis dan terjadi didalam epidemis. Ukuran sperma pada ayam ± 0.05 mm, kepala panjang
bentuk batang memiliki acrosome yg tajam berpilin badan pendek dan ekor panjang.
Sperma Ayam
d.
Spermatogenesis
pada Domba
Spermatogenesis pada domba dibagi menjadi dua fase yang
terpisah yaitu:
- Spermatocytogenesis
- Tahap meiosis
- Spermiogenesis
Spermatocytogenesis merupakan serangkaian pembelahan sel
benih sejak dari spermatogonia sampai terbentuk spermatid. Sedangkan
spermiogenesis adalah satu fase dimana spermatid mengalami metamorphosis
menjadi spermatozoa. Keseluruhan proses berlangsung selama kira-kira 7 minggu
pada domba, 7-10 minggu pada sapi. Begitu spermatogenesis ini berlangsung pada
seekor ternak jantan, maka terjadilah migrasi sel-sel kelamin dan membrane
basalis menuju lumen dari tubuli seminiferi.
Tubuli seminiferi mempunyai dua tipe sel, yaitu sel sertoli
dan sel spermatogonia. Sel seroli berukuran lebih besar dan jumlahnya lebih
banyak, mempunyai fungsi nutritif (memberi makan pada spermatozoa muda yang
berada pada lumen tubuli seminiferi), kemungkinan berperanan pada kedua proses
tersebut, yaitu baik pada spermatocytogenesis maupun pada spermiogenesis. Spermatogonia
mempunyai ukuran lebih kecil , tetapi jumlahnya banyak dan merupakan sel kelamin
(gametes) yang potensial.
Tahap pertama dari spermatocytogenesis adalah pembelahan
mitosis dari spermatogonium menjadi satu spermatogonium dormant dan satu
spermatogonium aktif. Spermatogonium dormant tetap tinggal berada dipinggir
tubuli seminiferi, dalam germinal epithelium dekat dengan membrane basalis,
pada gilirannya nanti (setelah spermatogonium aktif membelah berulang kali)
akan mengulang proses gelombangn selanjutnya
Spermatogonium aktif, mengalami empat pembelahan mitosis,
sesungguhnya akan membentuk 16 spermatocyte primer. Pada domba proses ini
sempurna dalam waktu 15-17 hari, pada tahap berikutnya, masing-masing
spermatocyte primer mengalami pembelahan reduksi atau pembelahan mitosis
menghasilkan dua sel spermatocyte sekunder. Dalam pembelahan ini terjadi
reduksi jumlah kromosom, dimana spermatocyte sekunder hanya memiliki separuh
jumlah kromosom yang ada pada spermatocyte primer. Jadi, nucleus spermatocyte sekunder
mempunyai kromosom yang tidak berpasangan (n = haploid), sedang nucleus
spermatocyte primer mempunyai kromosom yang berpasangan (2n = diploid). Pada
tahap ini selesai dalam waktu 15 hari. Selanjutnya masing-masing spermatocyte
sekunder membelah lagi membentuk 2 sel spermatid, jadi terbentuk 4 spermatid
dari satu sel spermatocyte primer atau 64 spermatid berasal dari satu sel
spermatogonium aktif.
Spermatogonium dormant merupakan benih yang dapat membuat
spermatogenesis berlangsung secara terus menerus selama hidup ternak jantan.
Proses spermatogenesis pada jenis ternak lainnya mungkin tidak jauh beda dengan
spermatogenesis pada domba, seperti penjelasan di atas. Perbedaan lama
berlangsungnya spermatogenesis diantara jenis ternak yang berbeda mungkin saja
dapat terjadi, demikian juga dalam perbedaan jumlah spermatozoa yang dihasilkan
oleh satu sel spermatogonium aktif, namun tidak ada perbedaan jumlah
spermatozoa yang dihasilkan oleh masing-masing sel spermatocyte primer.
SPERMIOGENESIS
Selama fase spermiogenesis, spermatid menempel pada sel
sertoli. Masing-masing spermatid mengalami proses metamorphosis menjadi
spermatozoon. Selama proses metamorphosis, inti material memadat pada satu
bagian dari sel membentuk kepala spermatozoon, sedangkan sisanya memanjanng,
membentuk ekor spermatozoon. Acrosome, sebuah topi yang mengelilingi kepala
spermatozoon, yang tersusun dari apparatus golgi spermatid. Selama pembentukan
ekor spermatozoon, maka terjadilah pelepasan cytoplasma, terlihat adanya
cytoplasmic droplet pada daerah leher spermatozoon. Spermatozoa yang baru
terbentuk, kemudian didorong ke lumen tubuli seminiferi menuju rete testis.
Spermatozoa merupakan sebuah sel yang unik, karena tidak mempunyai cytoplasma
dan setelah mengalami maturasi mempunyai kemampuan gerak yang progresif.
Spermiogenesis berakhir antara 15-17 hari.
Sperma domba yaitu kepala spermatozoa berbentuk oval,
datar/flat, dengan nukleus terdiri atas kromatin yang kompak.
Sperma Domba
e.
Spermatogenesis
pada Mencit
Spermatogenesis pada mencit menyerupai proses yang terjadi pada manusia
maupun hewan lainnya dan berlangsung dalam tiga tahap. Diawali fase
spermatogenesis dari pembelahan spermatogonia yang terjadi beberapa kali
sehingga menghasilkan spermatogonia tipe A2, A3 dan A4.
Spermatogonia A4 kemudian mengalami pembelahan menghasilkan
spermatogonia intermediat yang kemudian akan membelah lagi untuk menghasilkan
spermatogonium B. Spermatogonium B selanjutnya mengalami mitosis sehingga
terbentuk spematosit primer dan berada pada fase istirahat pada tahap
preleptoten (Gilbert, 1985).
Tahap berikutnya adalah meiosis yang terdiri dari dua tahap, yaitu
meiosis I dan meiosis II dimana masing-masing mengalami fase profase, metafase,
anafase dan telofase. Profase pada meiosis I yang meliputi leptoten, zigoten,
pakiten, diploten dan diakinesis. Meiosis I berakhir dengan terbentuknya
spermatosit sekunder dan kemudian memasuki meiosis II dan pembelahan berlanjut
untuk membentuk spermatid (Johnson and Everitt, 1990).
Selanjutnya diakhiri tahap spermiogenesis yang merupakan transformasi
spermatid dari bentuk yang bulat menjadi spermatozoa dengan kepala, leher dan
ekor. Spermiogenesis pada mencit terdiri dari 16 tingkat yang secara umum
diklasifikasikan menjadi empat fase, yaitu fase golgi, fase cap, fase akrosom
dan fase maturasi (Johnson and Everitt, 1990).
Spermatogenesis yang terjadi pada tubulus seminiferus mencit berlangsung
selama 35 hari dengan empat kali siklus epitel seminiferus. Satu kali siklus
epitel seminiferus berlangsung selama 207±6 jam. Pada mencit (Mus musculus),
epitel germinal tubulus seminiferus merupakan tempat berlangsungnya
spermiogenesis yang terbagi dalam 12 stadium, yaitu stadium I sampai dengan
stadium XII. Pembagian stadium didasarkan atas perkembangan akrosom selama
proses spermatogenesis (Oakberg, 1956).
Spermatogonia A muncul pada semua stadium epitel tubulus seminiferus,
sedangkan spermatogonia intermediat tampak pada stadium II hingga IV.
Spermatogonia B pada stadium IV hingga VI. Sebagai hasil pembelahan dan
diferensiasi, generasi baru spermatogonia adalah spermatosit primer yang tampak
pada stadium VI hingga VII. Sedangkan stadium VII hingga XII akan terlihat dua
lapisan spermatosit primer dalam tubulus seminiferus. Lapisan spermatosit yang
lebih muda terletak lebih dekat dengan membran sel. Pada lapisan ini terdapat
spermatosit pada fase istirahat yang terdapat pada stadium VII dan awal stadium
VIII (Oakberg, 1956).
Spermatozoa mencit yang normal terbagi
atas bagian kepala yang bentuknya bengkok seperti kait. Bagian tengah yang
pendek (middle piece), dan bagian ekor yang sangat panjang. Panjang bagian
kepala ± 0,0080 mm, sedangkan panjang spermatozoa seluruhnya sekitar 0,1226 mm
(122,6 mikron).
Sperma Mencit
f.
Spermatogenesis
pada Manusia
Proses spermatogenesis pada
manusia terbagi menjadi tiga tahap, yaitu spermatocytogenesis, tahap meiosis
dan tahap spermiogenesis.
Tahap
pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1.
Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan
menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi
(membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari
sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit
primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23
kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini
akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid.
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan
mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak
dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit
sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang
lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler
bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang
gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup,
fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma)
masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk
seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi
sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen
Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan
menghasilkan hormon inhibin
untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan
LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar
cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal
sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat
mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
Sperma pada manusia berbentuk
seperti kecebong, dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kepala, leher dan ekor. Berukuran
0.055 mm, acrosome bulat sesuai dg
bentuk kepala, melekat ketat ke inti, inti lonjong berisi nukleolus kecil 1,
panjang ekor sekitar 10 kali bagian kepala.
Sperma Manusia
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gametogenesis merupakan mekanisme pembentukan
gamet yang terdiri dari spermetogenesis dan oogenesis dan spermatogenesis
merupakan proses terjadi pembelahan secara mitosis dan meiosis. Spermatogenesis
merupakan tahap atau fase-fase pendewasaan sperma di epididimis. Setiap satu
spermatogonium akan menghasilkan empat sperma matang. Proses pembentukan dan
pemasakan spermatozoa.
Proses spermatogenesis berawal dari
spermatogonium yang mengalami pembelahan mitosis menjadi spermatosit primer,
dan spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis 1 dan menghasilkan 2
spermatosit sekunder, 4 spermatid dan 4 spermatozoa. Selanjutnya spermatozoa
bergerak hingga mencapai sel telur dan siap untuk membuahi sel telur.
B.
Saran
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi yang membaca dan menjadikan isi dari makalah ini sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang
proses gametogenesis khususnya spermatogenesis.