BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
sawo di Indonesia sampai saat ini belum
banyak diekspor ke luar negeri. Hasil panennya hanya mampu memenuhi kebutuhan
dalam negeri saja. Sebenarnya perkembangan produksi buah sawo cenderung
mengalamai peningkatan, tetapi semua itu belum dapat memenuhi kebutuhan atau
permintaan masyarakat. Dengan demikian masih dibutuhkan investor yang mau
menanamkan modalnya untuk perluasan tanaman sawo. Peluang bisnis buah sawo
sangat besar karena konsumsi buah-buahan berkembang dengan pesatnya. Untuk
penduduk DKI Jakarta saja, konsumsi buah pada tahun 1988 sebanyak 8.438 orang
dan telah berkembang menjadi 13.745 orang pada tahun 1993. Apalagi begitu
mudahnya menanam sawo dan dapat menghasilkan buah sepanjang tahun.
Namun bagi petani sawo, penyakit yang
disebabkan oleh bakteri dapat mengganggu hasil penen para petani. Untuk itu
kita harus lebih mnegenal gejala dan penyebab penyakit pada tanman sawo, agar
dapat memberikan perlakuan yang tepat pada tanaman sawo yang sakit.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah
:
1.
Perkembangan sawo di Indonesia
2.
Klasifikasi ilmiah sawo dalam ilmu taksonomi
3.
Cara budidaya sawo
4.
Penyebab, gejala, dan penanggulangan penyakit pada
tanaman sawo
C.
TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Agar penyusun dan pembaca lebih mengagumi alam
Indonesia
2.
Agar penyusun dan pembaca lebih mensyukuri ciptaan
Tuhan di bumi
3.
Agar penyusun dan pembaca mengerti cara budidaya sawo
yang baik
4.
Agar penyusun dan pembaca memiliki pengetahuan tentang
pengendalian penyakit pada tanaman sawo yang diakibatkan oleh bakteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
S A W O
( Acrhras zapota. L )
Sawo yang disebut neesbery atau sapodilas
adalah tanaman buah berupa yang berasal dari Guatemala (Amerika Tengah), Mexico
dan Hindia Barat. Namun di Indonesia, tanaman sawo telah lama dikenal dan
banyak ditanam mulai dari dataran rendah sampai tempat dengan ketinggian 1200 m
dpl, seperti di Jawa dan Madura.
A. Klasifikasi
Tanaman sawo dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Ebenales
Famili : Sapotaceae
Genus : Achras atau Manilkara
Spesies : Acrhras zapota. L sinonim dengan Manilkara achras
B.
Budidaya sawo di Indonesia
Pengembangan budidaya sawo sudah meluas hampir di
seluruh Indonesia. Pada tahun 1990 areal penanaman sawo terdapat di 22
propinsi, kecuali N.T.T, Maluku, Irian Jaya, dan Timor Timur. Provinsi yang
termasuk katagori lima besar sentra produsen sawo pada tahun 1993 adalah Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, dan Kalimantan Barat. Produksi
dan perdagangan mancanegara sawo manila sangat populer di Asia Tenggara. Data
statistik menunjukkan bahwa wilayah Asia Tenggara merupakan produsen utama buah
sawo manila ini. Pada tahun 1987, Thailand menghasilkan 53.650 ton dari jumlah
18.950 ha, Filipina menghasilkan 11.900 ton dari lahan 4.780 ha, dan
Semenanjung Malaysia menghasilkan 15.000 ton dari lahan 1.000 ha.
Yang perlu di perhatikan dalam budidaya penanaman sawo
adalah :
1.
Iklim
a.)
Tanaman ini optimal dibudidayakan pada daerah yang
beriklim basah sampai kering.
b.)
Curah hujan yang dikehendaki yaitu 12 bulan basah atau
10 bulan basah dengan 2 bulan kering atau 9 bulan basah dengan 3 bulan kering
atau 7 bulan basah dengan 5 bulan kering dan 5 bulan basah dengan 7 bulan
kering atau
c.)
membutuhkan curah hujan 2.000 sampai 3.000 mm/tahun.
d.)
Tanaman sawo dapat berkembang baik dengan cukup
mendapat sinar matahari,namun toleran terhadap keadaan teduh (naungan).
e.)
Tanaman sawo tetap dapat berkembang baik pada suhu
antara 22-32 derajat C.
2.
Media tanam
a.) Jenis
tanah yang paling baik untuk tanaman sawo adalah tanah lempung berpasir
(latosol) yang subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik.
Tetapi hampir semua jenis tanah yang diginakan untuk pertanian cocok untuk
ditanami sawo, seperti jenis tanah andosol (daerah vulkan), alluvial loams
(daerah aliran sungai), dan loamy soils (tanah berlempung).
b.) Derajat
keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo adalah
antara 6–7.
c.) Kedalaman
air tanah yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo, yaitu antara 50 cm sampai
200 cm.
3. Ketinggian
tempat
Tanaman sawo
dapat hidup baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai dengan
ketinggian 1.200 m dpl. Tetapi ada daerah-daerah yang cocok sehingga tanaman
sawo dapat berkembang dan berproduksi dengan baik, yaitu dari dataran rendah
sampai dengan ketinggian 700 m dpl.
4. Proses
pembudidayaan
a.) Pembibitan
Saat ini tanaman sawo sudah dapat dikembangkan dalam dua tempat, yaitu di
kebun dan di dalam pot. Bibit yang dipilih sebaiknya bibit yang berasal dari
cangkok atau sambung, sebab bibit yang berasal dari biji lambat dalam
menghasilkan buah. Bibit dipilih yang sehat dengan daun yang kelihatan hijau
segar dan mengembang sempurna serta bebas hama dan penyakit. Bibit dari cangkok
dipilih yang memiliki cabang atau ranting yang bagus dan sehat.
Untuk memperoleh bibit tanaman sawo ada beberapa cara, misalnya dari
biji, sambung, dan cangkok. Bibit sawo yang telah siap dipindahkan adalah bibit
yang telah mencapai ketinggian 50-100 cm.
b.) Penentuan
pola tanam
Tanaman sawo di kebun dapat tumbuh besar dengan tajuk yang lebar.
Mengingat hal ini maka penanaman sawo harus dilakukan dengan jarak yang tidak
terlalu rapat antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain. Jarak tanam
untuk sawo yang dianggap cukup adalah 12 m x 12 m. Dengan jarak tanam seperti
ini, antara tanaman sawo yang satu dengan yang lain tidak bersentuhan yang
dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan. Penanaman sebaiknya dilakukan
pada waktu musim penghujan.
c.) Penanaman
Bila bibit telah siap, bisa langsung ditanam di lubang tanam. Tetapi bila
bibit belum siap tanam, maka tanah galian bagian bawah dikembalikan ke bawah
dan tanah galian atas dikembalikan ke bagian atas. Sebagai tanda bahwa di
tempat itu ada lubang tanam, dapat ditandai dengan kayu yang ditancapkan pada
lubang tersebut. Setelah bibit siap tanam maka lubang tanam digali lagi.
d.) Pemeliharaan
Penyiangan :
Setelah satu bulan sampai dua bulan tanam, perlu dilakukan penyiangan tanaman
sawo untuk membersihkan rumput dan gulma yang menggangu. Jika tanaman sudah
tumbuh besar gangguan tersebut tidak berarti, tetapi jika tanaman masih kecil
akan sangat berarti karena akan mengganggu pertumbuhan tanaman sawo. Gangguan
tumbuhan parasit seperti benalu juga harus diperhatikan. Jika kelihatan pada
ranting pohon sawo terdapat benalu atau parasit agar segera dibersihkan dengan
cara memotong ranting tempat benalu menempel. Pemotongan sebaiknya dilakukan
sebelum benalu berbunga. Perlu pula dilakukan pemberantasan benalu pada pohon
lain di dekat tanaman sawo untuk mencegah penularan.
Pembubunan :
Pada saat melakukan penyiangan tanaman sawo, dapat juga dilakukan pembubunan
tanah di sekitar tanaman. Pembubunan dilakukan untuk menggemburkan tanah di
sekitar tanaman sawo dan untuk memperkokoh batang tumbuhnya.
Pemupukan : Sebagai
pedoman pemupukan dapat diberikan 250-500 gram urea/pohon/tahun sebelum tanaman
sawo berbuah. Pemupukan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan batang dan
daun, karena urea adalah sumber N yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan
batang dan daun. Bila tanaman sudah waktunya berbuah, kurang lebih berumur 4
tahun, dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPK (10-20-15) yang
kandungan fosfor (P) dan kaliumnya (K) tinggi sebanyak 500 gram per pohon tiap tahun.
Bila tidak ada NPK bisa diganti dengan pupuk urea, DS, dan KCl sebanyak 108
gram, 277 gram, dan 144 gram. Unsur P bagi tanaman berfungsi untuk mempercepat
pembungaan, sedangkan unsur K berfungsi untuk menjaga bunga dan buah supaya
tidak mudah gugur.
Penyiraman :
paling sedikit dua minggu sekali jika tidak ada hujan. Pemberian air pada
tanaman sawo perlu dilakukan sampai tanaman berumur 3-4 tahun. Semakin tua
tanaman, semakin tahan terhadap kekeringan. Kekurangan air pada waktu tanaman
sawo sedang berbunga atau berbuah dapat menyebabkan bunga atau buah mudah
gugut. Pemberian air yang baik dan teratur akan menghasilkan buah dengan jumlah
dan kualitas yang baik.
Pemangkasan :
Jika dibiarkan tumbuh secara alami, tanaman sawo dapat mencapai ketinggian 20
m. Pohon dengan ketinggian seperti itu akan menyulitkan dalam pemetikan buah.
Agar tanaman sawo tidak terlalu tinggi, maka dilakukan pemangkasan. Pemangkasan
juga bertujuan membentuk sistem percabangan yang baik dan kuat. Ada dua tahap
pemangkasan pada tanaman sawo, yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan
pemeliharaan.
5. Penyakit
pada tanaman sawo yang disebabkan oleh bakteri
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan
inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau
faktor lingkungan dan berkembangnya gejala dan Ketidak mampuan tumbuhan untuk
memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya.
Penyebab munculnya penyakit pada tanaman bisa terjadi karena di
suatu tempat ada tanaman, patogen serta lingkungan. Hal tersebut dinamakan
segitiga penyakit karena tiga faktor yaitu tanaman, patogen dan lingkungan.
Penyakit yang sering menjangkiti tanaman adalah jamur yang berkembang biak
melalui pengeluaran spora yang tersebar melalui media udara, air, serta tanah.
Selain itu penyakit pada tanaman juga dapat disebabkan oleh bakteri yang
tersebar melalui perantara seperti serangga. Selain segitiga penyakit, ada juga
konsep timbulnya penyakit yang disebut segiempat penyakit karena empat faktor
yaitu lingkungan, patogen, tanaman, dan manusia.
Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh patogen
(parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu,
untuk menghindari terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak
dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Jika pada
saat terjadinya kontak dan untuk beberapa saat kemudian terjadi keadaan yang
sangat dingin, sangat panas, sangat kering atau beberapa keadaan ekstri
lainnya. Maka patogen mungkin tidak mampu menyerang atau tumbuhan mungkin mampu
menahan serangan, meskipun telah terjadi kontak antara keduanya, penyakit tidak
berkembang. Pathogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan
mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan.
Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma,
spiroplasma dan riketsia. Nampaknya komponen ketiga juga harus terdapat
untuk dapat berkembangnya penyakit. Akan tetapi, masing-masing dari ketiga
komponen tersebut dapat memperlihatkan keragaman yang luar biasa, dan apabila
salah satu komponen tersebut berubah, maka akan mempengaruhi tingkat serangan
penyakit dalam individu tumbuhan atau dalam populasi tumbuhan.
Timbulnya suatu penyakit juga tergantung pada sifat genetic yang dimiliki
oleh inang itu sendiri, terdapat inang yang rentan (suscept), tahan (resisten),
toleran (tolerant), kebal (immune) yaitu tanaman yang tidak dapat diinfeksi
oleh pathogen. Adanya macam-macam sifat ini digunakan untuk melakukan upaya
pencegahan penyakit dengan memanipulasi gen sehingga dapat dihasilkan tanaman
yang resisten bahkan immune Umur, bentuk dan kerapatan pohon juga berpengaruh
terhadap kemungkinan tanaman tersebut diserang penyakit. Misalnya beberapa
marga fungi seperti Fusarium, Phytophthora, Phythium, Sclerotium dan
Rhizoctonia banyak menyerang tanaman sengon, mangium, eukaliptus, dammar,
sonokeling dan gmelina pada tingkat semai. Faktor lain dari inang yang
berpengaruh terhadap kemungkinan terserangnya sutu penyakit adalah kesehatan
tanaman inang. Tanaman yang sehat merupakan tanaman yang mempunyai pertumbuhan
baik. Gejala penyakit tumbuhan timbul
sebagai akibat masuknya pathogen Patogen adalah organisme hidup yang mayoritas
bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau
tumbuhan. Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda
mikoplasma, spiroplasma dan riketsia.
PENYAKIT PURU PADA SAWO
a.)
Gejala dan penyebab
gejala yang tampak adalah pada bagian
batang sawo terdapat muncul atau terlihat pembengkakan dan di dalamnya
berlendir. Penyakit puru pada batang sawo termasuk dalam tipe gejala
hiperplastis yang disebabkan oleh bekteri Agrobakterium tumefacient.
Menurut Pusbangdiktan (2010), gejala penyakit yang menyerang pada batang sawo
adalah terjadinya pembengkakan berupa tonjolan atau benjol-benjolan tidak
beraturan (puru) yang terbentuk di batang tanaman sawo. Apabila bagian tanaman
yang terserang penyakit jika dibelah bagian tanaman berwarna merah, dan jika
dicelupkan pada larutan akan keluar lendir putih pada bagian puru yang dibelah.
Puru akan menyerang dan menyebar kebagian batang tanaman sesuai dengan
pergerakan bakteri melalui jaringan tanaman.
b.)
Morfologi bakteri
Agrobacterium tumefacient
Morfologi dari bakteri Agrobacterium
tumefacient adalah tergolong bakteri gram negatif yang tergolong bakteri
aerob dan mampu hidup baik sebagai saprofit maupun parasit. Agrobacterium
berbentuk batang, berukuran 0,6 – 1,0 µm sampai 1,5 – 3,0 µm, dalam bentuk
tunggal atau berpasangan. Agrobacterium merupakan bakteri yang mudah bergerak
(motile) dan memiliki 1 sampai 6 flagela peritrichous serta merupakan bakteri
tidak berspora. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini adalah 25 - 28°C. Kumpulan
bakteri ini biasanya berbentuk cembung, bulat, lembut, dan tidak berpigmen.
Agrobacterium diisolasi dari tanaman yang terinfeksi Crown Gall. Tumor Crown
Gall adalah jaringan tanaman yang pertumbuhannya tidak terdiferensiasi akibat
adanya interaksi antara tanaman-tanaman yang rentan dengan strain virulen Agrobacterium
tumefaciens. Daur hidup dari bakteri Agrobacterium tumefacient penyebab
penyakit puru batang hidup pada sisa-sisa panen dan tanaman inang,
bakteri akan terus menginjeksi bagian tanaman baik akar, batang, dan daun
tanaman.
Agrobacterium
adalah suatu marga
bakteri
Gram-negatif
yang masih memiliki hubungan dengan bakteri-bakteri bintil akar.
Marga ini diperkenalkan oleh H. J. Conn dan diketahui dapat menimbulkan tumor
pada jaringan tumbuhan dengan cara transfer gen hirozontal. Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat
menginfeksi tanaman secara alami karena memiliki plasmid Ti,
suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.dd Di dalam plasmid Ti
terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit
tanaman tertentu Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman
dapat disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens
secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman.
Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat
diekspresikan tumbuhan.
Hasil slah satu ekpresi akibat infeksi bakteri
c.)
Pengendalian
Pengendalian penyakit puru batang sawo
dapat dilakukan dengan menghilangkan atau membuang puru dengan metode mekanik
dengan melakukan pemotongan pada batang yang terserang penyakit puru, hasil
potongan dibakar kemudian sisa pembakaran dibenamkan ke dalam tanah, pada
batang kemudian ditaburi, dilabur atau disemprot dengan larutan kapur dan garam
(10:1) yang dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 96,67%. .
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Sawo merupakan buah budidaya berasal dari Guatemala
(Amerika Tengah), Mexico dan Hindia Barat.
2.
Penyakit puru sawo disebakan oleh bakteri gram negative
yaitu Agrobacterium tumefacient yang
menyerang batang pohon sawo.
B.
SARAN
Untuk
kedepannya sebaiknya referensi referensi yang digunakan lebih banyak dan
terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA
Deni. 2013. Gejala gejala penyakit tumbuhan. http://deninumberuno.blogspot.com/2013/04/gejala-penyakit-tumbuhan.html. diakses pada 13 mei 2014 samarinda
Infu<L.2014.Laporan laporan dasar dasar perlindungan tanaamn.http://leekinfu.blogspot.com/2014/04/laporan-dasardasar-perlindungan-tanaman.html.diakses pada 13 mei 2014
Kuliah,M.2013.Mengenal gejala penyakit tumbuhan.http://materikuliah2011.blogspot.com/2013/06/mengenal-gejala-penyakit-tumbuhan.html.di akses pada 13 mei 2014.samarinda
Musyarofa.2014.Laporan praktikum mengenal gejala penyakit pada tumbuhan.http://musyarofa.wordpress.com/2014/01/01/laporan-praktikum-mengenal-gejala-penyakit-tumbuhan/.diakses pada 13 mei 2014.samarinda
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kepada
Allah SWT yang telah melimpakan rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Bakteriologi yang berjudul “Bakteri Agrobacterium
tumefacient pada tanaman
Sawo”.
Saya mneyadari bahawa maklah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu saran dari pembaca saya harapkan sebagai perbaikan di pembuatan makalah
selanjutnya.
Akhirnya, saya mengucapkan terimakasih atas dukungan dari semua pihak
yangg terlibat dalam penyelesaian
makalah ini. Semoga kita semua mendapat manfaat
dari pembuatan makalah ini. Amin..
Samarinda, 14 Mei 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................... i
DAFTAR
ISI..................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG................................................................ 1
B.
RUMUSAN MASALAH........................................................... 1
C.
TUJUAN..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
KLASIFIKASI........................................................................... 4
B.
BUDIDAYA............................................................................... 4
C.
PENYAKIT................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN........................................................................... 15
B.
SARAN....................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar