Total Tayangan Halaman

Rabu, 08 April 2015

makalah sawo

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
sawo di Indonesia sampai saat ini belum banyak diekspor ke luar negeri. Hasil panennya hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri saja. Sebenarnya perkembangan produksi buah sawo cenderung mengalamai peningkatan, tetapi semua itu belum dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan masyarakat. Dengan demikian masih dibutuhkan investor yang mau menanamkan modalnya untuk perluasan tanaman sawo. Peluang bisnis buah sawo sangat besar karena konsumsi buah-buahan berkembang dengan pesatnya. Untuk penduduk DKI Jakarta saja, konsumsi buah pada tahun 1988 sebanyak 8.438 orang dan telah berkembang menjadi 13.745 orang pada tahun 1993. Apalagi begitu mudahnya menanam sawo dan dapat menghasilkan buah sepanjang tahun.
Namun bagi petani sawo, penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat mengganggu hasil penen para petani. Untuk itu kita harus lebih mnegenal gejala dan penyebab penyakit pada tanman sawo, agar dapat memberikan perlakuan yang tepat pada tanaman sawo yang sakit.
B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Perkembangan sawo di Indonesia
2.      Klasifikasi ilmiah sawo dalam ilmu taksonomi
3.      Cara budidaya sawo
4.      Penyebab, gejala, dan penanggulangan penyakit pada tanaman sawo
C.     TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Agar penyusun dan pembaca lebih mengagumi alam Indonesia
2.      Agar penyusun dan pembaca lebih mensyukuri ciptaan Tuhan di bumi
3.      Agar penyusun dan pembaca mengerti cara budidaya sawo yang baik
4.      Agar penyusun dan pembaca memiliki pengetahuan tentang pengendalian penyakit pada tanaman sawo yang diakibatkan oleh bakteri




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
S A W O
( Acrhras zapota. L )

Sawo yang disebut neesbery atau sapodilas adalah tanaman buah berupa yang berasal dari Guatemala (Amerika Tengah), Mexico dan Hindia Barat. Namun di Indonesia, tanaman sawo telah lama dikenal dan banyak ditanam mulai dari dataran rendah sampai tempat dengan ketinggian 1200 m dpl, seperti di Jawa dan Madura.
A.    Klasifikasi
Tanaman sawo dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
 
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Ebenales
Famili : Sapotaceae
Genus : Achras atau Manilkara
Spesies : Acrhras zapota. L sinonim dengan Manilkara achras
B.     Budidaya sawo di Indonesia
Pengembangan budidaya sawo sudah meluas hampir di seluruh Indonesia. Pada tahun 1990 areal penanaman sawo terdapat di 22 propinsi, kecuali N.T.T, Maluku, Irian Jaya, dan Timor Timur. Provinsi yang termasuk katagori lima besar sentra produsen sawo pada tahun 1993 adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, dan Kalimantan Barat. Produksi dan perdagangan mancanegara sawo manila sangat populer di Asia Tenggara. Data statistik menunjukkan bahwa wilayah Asia Tenggara merupakan produsen utama buah sawo manila ini. Pada tahun 1987, Thailand menghasilkan 53.650 ton dari jumlah 18.950 ha, Filipina menghasilkan 11.900 ton dari lahan 4.780 ha, dan Semenanjung Malaysia menghasilkan 15.000 ton dari lahan 1.000 ha.
Yang perlu di perhatikan dalam budidaya penanaman sawo adalah :
1.      Iklim
a.)    Tanaman ini optimal dibudidayakan pada daerah yang beriklim basah sampai kering.
b.)    Curah hujan yang dikehendaki yaitu 12 bulan basah atau 10 bulan basah dengan 2 bulan kering atau 9 bulan basah dengan 3 bulan kering atau 7 bulan basah dengan 5 bulan kering dan 5 bulan basah dengan 7 bulan kering atau
c.)    membutuhkan curah hujan 2.000 sampai 3.000 mm/tahun.
d.)   Tanaman sawo dapat berkembang baik dengan cukup mendapat sinar matahari,namun toleran terhadap keadaan teduh (naungan).
e.)    Tanaman sawo tetap dapat berkembang baik pada suhu antara 22-32 derajat C.
2.      Media tanam
a.)    Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman sawo adalah tanah lempung berpasir (latosol) yang subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik. Tetapi hampir semua jenis tanah yang diginakan untuk pertanian cocok untuk ditanami sawo, seperti jenis tanah andosol (daerah vulkan), alluvial loams (daerah aliran sungai), dan loamy soils (tanah berlempung).
b.)    Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo adalah antara 6–7.
c.)    Kedalaman air tanah yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo, yaitu antara 50 cm sampai 200 cm.
3.      Ketinggian tempat
Tanaman sawo dapat hidup baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai dengan ketinggian 1.200 m dpl. Tetapi ada daerah-daerah yang cocok sehingga tanaman sawo dapat berkembang dan berproduksi dengan baik, yaitu dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 700 m dpl.
4.      Proses pembudidayaan
a.)    Pembibitan
Saat ini tanaman sawo sudah dapat dikembangkan dalam dua tempat, yaitu di kebun dan di dalam pot. Bibit yang dipilih sebaiknya bibit yang berasal dari cangkok atau sambung, sebab bibit yang berasal dari biji lambat dalam menghasilkan buah. Bibit dipilih yang sehat dengan daun yang kelihatan hijau segar dan mengembang sempurna serta bebas hama dan penyakit. Bibit dari cangkok dipilih yang memiliki cabang atau ranting yang bagus dan sehat.
Untuk memperoleh bibit tanaman sawo ada beberapa cara, misalnya dari biji, sambung, dan cangkok. Bibit sawo yang telah siap dipindahkan adalah bibit yang telah mencapai ketinggian 50-100 cm.
b.)    Penentuan pola tanam
Tanaman sawo di kebun dapat tumbuh besar dengan tajuk yang lebar. Mengingat hal ini maka penanaman sawo harus dilakukan dengan jarak yang tidak terlalu rapat antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain. Jarak tanam untuk sawo yang dianggap cukup adalah 12 m x 12 m. Dengan jarak tanam seperti ini, antara tanaman sawo yang satu dengan yang lain tidak bersentuhan yang dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan. Penanaman sebaiknya dilakukan pada waktu musim penghujan.
c.)    Penanaman
Bila bibit telah siap, bisa langsung ditanam di lubang tanam. Tetapi bila bibit belum siap tanam, maka tanah galian bagian bawah dikembalikan ke bawah dan tanah galian atas dikembalikan ke bagian atas. Sebagai tanda bahwa di tempat itu ada lubang tanam, dapat ditandai dengan kayu yang ditancapkan pada lubang tersebut. Setelah bibit siap tanam maka lubang tanam digali lagi.
d.)   Pemeliharaan
Penyiangan : Setelah satu bulan sampai dua bulan tanam, perlu dilakukan penyiangan tanaman sawo untuk membersihkan rumput dan gulma yang menggangu. Jika tanaman sudah tumbuh besar gangguan tersebut tidak berarti, tetapi jika tanaman masih kecil akan sangat berarti karena akan mengganggu pertumbuhan tanaman sawo. Gangguan tumbuhan parasit seperti benalu juga harus diperhatikan. Jika kelihatan pada ranting pohon sawo terdapat benalu atau parasit agar segera dibersihkan dengan cara memotong ranting tempat benalu menempel. Pemotongan sebaiknya dilakukan sebelum benalu berbunga. Perlu pula dilakukan pemberantasan benalu pada pohon lain di dekat tanaman sawo untuk mencegah penularan.
Pembubunan : Pada saat melakukan penyiangan tanaman sawo, dapat juga dilakukan pembubunan tanah di sekitar tanaman. Pembubunan dilakukan untuk menggemburkan tanah di sekitar tanaman sawo dan untuk memperkokoh batang tumbuhnya.
Pemupukan : Sebagai pedoman pemupukan dapat diberikan 250-500 gram urea/pohon/tahun sebelum tanaman sawo berbuah. Pemupukan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun, karena urea adalah sumber N yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun. Bila tanaman sudah waktunya berbuah, kurang lebih berumur 4 tahun, dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPK (10-20-15) yang kandungan fosfor (P) dan kaliumnya (K) tinggi sebanyak 500 gram per pohon tiap tahun. Bila tidak ada NPK bisa diganti dengan pupuk urea, DS, dan KCl sebanyak 108 gram, 277 gram, dan 144 gram. Unsur P bagi tanaman berfungsi untuk mempercepat pembungaan, sedangkan unsur K berfungsi untuk menjaga bunga dan buah supaya tidak mudah gugur.
Penyiraman : paling sedikit dua minggu sekali jika tidak ada hujan. Pemberian air pada tanaman sawo perlu dilakukan sampai tanaman berumur 3-4 tahun. Semakin tua tanaman, semakin tahan terhadap kekeringan. Kekurangan air pada waktu tanaman sawo sedang berbunga atau berbuah dapat menyebabkan bunga atau buah mudah gugut. Pemberian air yang baik dan teratur akan menghasilkan buah dengan jumlah dan kualitas yang baik.
Pemangkasan : Jika dibiarkan tumbuh secara alami, tanaman sawo dapat mencapai ketinggian 20 m. Pohon dengan ketinggian seperti itu akan menyulitkan dalam pemetikan buah. Agar tanaman sawo tidak terlalu tinggi, maka dilakukan pemangkasan. Pemangkasan juga bertujuan membentuk sistem percabangan yang baik dan kuat. Ada dua tahap pemangkasan pada tanaman sawo, yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan.
5.      Penyakit pada tanaman sawo yang disebabkan oleh bakteri
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor lingkungan dan berkembangnya gejala dan Ketidak mampuan tumbuhan untuk memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya.
Penyebab munculnya penyakit pada tanaman bisa terjadi  karena di suatu tempat ada tanaman, patogen serta lingkungan. Hal tersebut dinamakan segitiga penyakit karena tiga faktor yaitu tanaman, patogen dan lingkungan. Penyakit yang sering menjangkiti tanaman adalah jamur yang berkembang biak melalui pengeluaran spora yang tersebar melalui media udara, air, serta tanah. Selain itu penyakit pada tanaman juga dapat disebabkan oleh bakteri yang tersebar melalui perantara seperti serangga. Selain segitiga penyakit, ada juga konsep timbulnya penyakit yang disebut segiempat penyakit karena empat faktor yaitu lingkungan, patogen, tanaman, dan manusia.
Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh patogen (parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Jika pada saat terjadinya kontak dan untuk beberapa saat kemudian terjadi keadaan yang sangat dingin, sangat panas, sangat kering atau beberapa keadaan ekstri lainnya. Maka patogen mungkin tidak mampu menyerang atau tumbuhan mungkin mampu menahan serangan, meskipun telah terjadi kontak antara keduanya, penyakit tidak berkembang. Pathogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma, spiroplasma dan riketsia.  Nampaknya komponen ketiga juga harus terdapat untuk dapat berkembangnya penyakit. Akan tetapi, masing-masing dari ketiga komponen tersebut dapat memperlihatkan keragaman yang luar biasa, dan apabila salah satu komponen tersebut berubah, maka akan mempengaruhi tingkat serangan penyakit dalam individu tumbuhan atau dalam populasi tumbuhan.
Timbulnya suatu penyakit juga tergantung pada sifat genetic yang dimiliki oleh inang itu sendiri, terdapat inang yang rentan (suscept), tahan (resisten), toleran (tolerant), kebal (immune) yaitu tanaman yang tidak dapat diinfeksi oleh pathogen. Adanya macam-macam sifat ini digunakan untuk melakukan upaya pencegahan penyakit dengan memanipulasi gen sehingga dapat dihasilkan tanaman yang resisten bahkan immune Umur, bentuk dan kerapatan pohon juga berpengaruh terhadap kemungkinan tanaman tersebut diserang penyakit. Misalnya beberapa marga fungi seperti Fusarium, Phytophthora, Phythium, Sclerotium dan Rhizoctonia banyak menyerang tanaman sengon, mangium, eukaliptus, dammar, sonokeling dan gmelina pada tingkat semai. Faktor lain dari inang yang berpengaruh terhadap kemungkinan terserangnya sutu penyakit adalah kesehatan tanaman inang. Tanaman yang sehat merupakan tanaman yang mempunyai pertumbuhan baik.  Gejala penyakit tumbuhan timbul sebagai akibat masuknya pathogen Patogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma, spiroplasma dan riketsia.
PENYAKIT PURU PADA SAWO
a.)    Gejala dan penyebab
gejala yang tampak adalah pada bagian batang sawo terdapat muncul atau terlihat pembengkakan dan di dalamnya berlendir. Penyakit puru pada batang sawo termasuk dalam tipe gejala hiperplastis yang disebabkan oleh bekteri Agrobakterium tumefacient. Menurut Pusbangdiktan (2010), gejala penyakit yang menyerang pada batang sawo adalah terjadinya pembengkakan berupa tonjolan atau benjol-benjolan tidak beraturan (puru) yang terbentuk di batang tanaman sawo. Apabila bagian tanaman yang terserang penyakit jika dibelah bagian tanaman berwarna merah, dan jika dicelupkan pada larutan akan keluar lendir putih pada bagian puru yang dibelah. Puru akan menyerang dan menyebar kebagian batang tanaman sesuai dengan pergerakan bakteri melalui jaringan tanaman.
b.)    Morfologi  bakteri Agrobacterium tumefacient
Morfologi dari bakteri Agrobacterium tumefacient adalah tergolong bakteri gram negatif yang tergolong bakteri aerob dan mampu hidup baik sebagai saprofit maupun parasit. Agrobacterium berbentuk batang, berukuran 0,6 – 1,0 µm sampai 1,5 – 3,0 µm, dalam bentuk tunggal atau berpasangan. Agrobacterium merupakan bakteri yang mudah bergerak (motile) dan memiliki 1 sampai 6 flagela peritrichous serta merupakan bakteri tidak berspora. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini adalah 25 - 28°C. Kumpulan bakteri ini biasanya berbentuk cembung, bulat, lembut, dan tidak berpigmen. Agrobacterium diisolasi dari tanaman yang terinfeksi Crown Gall. Tumor Crown Gall adalah jaringan tanaman yang pertumbuhannya tidak terdiferensiasi akibat adanya interaksi antara tanaman-tanaman yang rentan dengan strain virulen Agrobacterium tumefaciens. Daur hidup dari bakteri Agrobacterium tumefacient penyebab penyakit  puru batang hidup pada sisa-sisa panen dan tanaman inang, bakteri akan terus menginjeksi bagian tanaman baik akar, batang, dan daun tanaman.
Agrobacterium adalah suatu marga bakteri Gram-negatif yang masih memiliki hubungan dengan bakteri-bakteri bintil akar. Marga ini diperkenalkan oleh H. J. Conn dan diketahui dapat menimbulkan tumor pada jaringan tumbuhan dengan cara transfer gen hirozontal. Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.dd Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
Hasil slah satu ekpresi akibat infeksi bakteri
c.)    Pengendalian
Pengendalian penyakit puru batang sawo dapat dilakukan dengan menghilangkan atau membuang puru dengan metode mekanik dengan melakukan pemotongan pada batang yang terserang penyakit puru, hasil potongan dibakar kemudian sisa pembakaran dibenamkan ke dalam tanah, pada batang kemudian ditaburi, dilabur atau disemprot dengan larutan kapur dan garam (10:1) yang dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 96,67%. .



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Sawo merupakan buah budidaya berasal dari Guatemala (Amerika Tengah), Mexico dan Hindia Barat.
2.      Penyakit puru sawo disebakan oleh bakteri gram negative yaitu Agrobacterium tumefacient yang menyerang batang pohon sawo.
B.     SARAN
Untuk kedepannya sebaiknya referensi referensi yang digunakan lebih banyak dan terpercaya.



DAFTAR PUSTAKA
Deni. 2013. Gejala gejala penyakit tumbuhan. http://deninumberuno.blogspot.com/2013/04/gejala-penyakit-tumbuhan.html. diakses pada 13 mei 2014 samarinda
Infu<L.2014.Laporan laporan dasar dasar perlindungan tanaamn.http://leekinfu.blogspot.com/2014/04/laporan-dasardasar-perlindungan-tanaman.html.diakses pada 13 mei 2014
Kuliah,M.2013.Mengenal gejala penyakit tumbuhan.http://materikuliah2011.blogspot.com/2013/06/mengenal-gejala-penyakit-tumbuhan.html.di akses pada 13 mei 2014.samarinda
Musyarofa.2014.Laporan praktikum mengenal gejala penyakit pada tumbuhan.http://musyarofa.wordpress.com/2014/01/01/laporan-praktikum-mengenal-gejala-penyakit-tumbuhan/.diakses pada 13 mei 2014.samarinda





KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpakan rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Bakteriologi yang berjudul “Bakteri Agrobacterium tumefacient pada tanaman Sawo”.
Saya mneyadari bahawa maklah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dari pembaca saya harapkan sebagai perbaikan di pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya, saya mengucapkan terimakasih atas dukungan dari semua pihak yangg terlibat  dalam penyelesaian makalah ini. Semoga kita semua mendapat manfaat  dari pembuatan makalah ini. Amin..

Samarinda, 14 Mei 2014




Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG................................................................ 1         
B.     RUMUSAN MASALAH........................................................... 1
C.     TUJUAN..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    KLASIFIKASI........................................................................... 4
B.     BUDIDAYA............................................................................... 4         
C.     PENYAKIT................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A.    KESIMPULAN........................................................................... 15
B.     SARAN....................................................................................... 15
DAFTAR  PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar