Total Tayangan Halaman

Minggu, 05 April 2015

PENGAMATAN KERAPATAN POPULASI HEWAN DAN PENGUKURAN ABIOTIK DI BUKIT BANGKIRAI
A.    TUJUAN
1.      Mengetahui kerapatan hewan sekitar
2.      Mengukur kelembaban, pH, suhu lingkungan di sekitar lokasi praktikum
B.     DASAR TEORI
POPULASI
            Populasi berasal dari bahasa latin yaitu populous = rakyat, berarti penduduk. Populasi dari suatu Negara itu dimaksudkan adalah penduduk dari Negara tersebut. Di dalam pelajar ekologi yang di maksudkan denagn populasi adalah sekelompok individu yang sejenis. Apabila kita membicarakan populasi, haruslah disebut individu jenis yang di bicarakan, dengan memberikan batas batas waktunya serta tempatnya. Misalnya populasi pohon jati pada tahun 1991 di perkebunan Purwakarta jawa Barat atau populasi pohon karet 1965 di perkebunan perkebuna yang ada di Sumatra ataupun populasi komodo pada tahun 1983 di pulau Komodo dan seterusnya. Jadi populasi adalah kelompok kolektif prganisme organism dari jenis yang sama yang menduduki ruang atau tempat yang terbuka, dan memiliki berbagai cirri atau sifat yang merupakan milik yang unik dari kelompok dan tidak merupakan milik individudi dalam kelompok itu.
Sifat sifat yang dimiliki populasi
            Populasi mempunyai sifat sifat sebagai berikut :
1.      Kerapatan atau kepadatan. Kerapatan lazim di gunakan pada tumbuhan, sedangkan kepadatan biasanya digunakan pada mnausia. Misalnya kepadatan penduduk di ibu kota
2.      Natalitas (kelahiran). Kemampuan yang inheren suatu populasi untuk bertambah.
3.      Mortalitas (angka kematian). Kematian individu-individu di dalam populasi. Angka mortalitas adalah ekuivalen dengan angka angka dengan kematian pada demografi manusia.
4.      Penyebaran umur. Cirri atau sifat penting pupulasi yang mempengaruhi natalitas dan mortalitas.
5.      Potensi biotic
6.      Disperse
7.      Bentuk pertumbuhan dan perkembangan
8.      Mempunyai sifat sifat genetic yang secara langsung berhubungan dengan ekologinya yaitu : beradaptasi, keserasian reproduktif, ketahanan (yakni probabilitas meninggalkan keturunannya selama jangka waktu yang panjang).
(Irwan,D,Z ;1996)
Perubahan popilasi ada yang tampak jelas dan ada pula yang tidak jelas. Pada ekosistem darat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan populasi, di antaranya adalah (Zainal, 2007) :
1.      Perubahan suhu
Setiap organisme hanya dapat hidup dengan baik pada suhu tertentu. Apabila suhu lingkungannya berubah lebih tinggi atau lebih rendah dari pada suhu yang diperlukan, akan menimbulkan gangguan kehidupan organisme tersebut.
2.       Kadar air tanah dan curah hujan
Kadar air tnah dan curah hujan akan berpengaruh tehadap perubahan jumlah populasi. Tidak ada satu pun jenis makhluk hidup yang tidak memerlukan air untuk aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu, perubahan kadar air dalam tanah akan mempengaruhi peri kehidupan tumbuhan dan organisme lain yang hidup di atasnya. Hal itu dapat kita perhatikan pada alam sekitar kita, yaitu pada musim kemarau dan musim hujan. Pada musim kemarau daun-daun pohon berguguran dan rumput-rumput mati. Pada musim hujan daun-daun pohon tumbuh subur dan rerumputan pun tampak menghijau. Perubahan populasi tumbuhan tersebut akibatnya juga akan berpengaruh pada perikehidupan serta populasi hewan yang ada di tempat tersebut
(Fikiria,F ; 2013)
SIFAT IKLIM  MIKRO PADA HUTAN HUJAN TROPIS
1.      Suhu
Iklim pada hutan tropis ditandai suhunyang cukup tinggi dan merata. Suhu rata rata tahunan adalah sekitar 200 - 280 C dimana suhu terendah terjadi pada musim penghujan, sedang suhu tertinggi terjadi pada musim panas. Di daerah pegunungan susu itu turun antara 0.40 – 0.70 C tiap kenaikan 100 m. perbedaan suhu karena musim memang di sebabkan karena perbedaan lamanya panjang hari, tetapi juga karena perbedaan bentuk hutan itu sendiri.
2.      Curah hujan
Distribusi curah hujan secara musiman pada daerah tropis adalah fungsi dari ketinggian daerah itu. Pada daerah khatulistiwa hujan turun setiap musim, daerah pada lintang 3 – 10 derajat lintang utara dan lintang selatan memiliki dua musim hujan dan musim kemarau.
3.      Kelembaban udara
Pada daerah hutan hujan tropis kelembaban udara mencapai lebih dari 80 %. Pada ahli ekologi tumbuhan lebih mengutamakan apa yang dinamakan kehilangan kejenuhan untuk menetukan kelembaban udara.
4.      Angin
Pada umumnya ada pengaruh angin terhadap vegetasi. Kecepatan angin dalam keadaan normal lemah dan tenang, hal ini berbeda dengan pada daerah sedang. Rata rat kecepatan angin tahunan pada hutan hujan tropis sekitar 5 km/jam dan tidak pernah lebih 12 km/jam.
5.      Cahaya
Secara umum jumlah sinar matahari yang di terima oleh hutan hujan tripis memang tidak etrlalu banyak. Jumlah sinar matahari yang di terima tumbuhan di hutan hujan tropis juga di pengaruhi ketinggina tempat dan oleh tumbuhan itu sendiri  (kelebatan daun dan refleksi cahaya di permukaan daun).
6.      Karbondioksida
Sebagaimana kita ketahui bahwa karbondioksida sangat di perlukan oleh semua tumbuhan hijau untuk berfotosintesis. Pembentuka karbondioksida juga terjadi karena proses pembusukan daun daun dan ranting ranting oelh mikroorganisme.
(Didjosoemarto,S ‘ 1986)
Ekosistem disusun oleh dua komponen, yaitu lingkungan fisik atau tidak hidup (komponen abiotik) dan berbagai jenis makhluk hidup (komponen  biotik). Berbagai jenis makhluk hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi satuan-satuan makhluk hidup dan ekosistem :
1.      Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara terperinci, kompo-nen abiotik merupakan keadaan fi sik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen abiotik adalah air, udara, cahaya matahari, tanah, topografi , dan iklim (Anonim, 2012).
Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen abiotik adalah air, udara, cahaya matahari, tanah, topografi , dan iklim (Anonim, 2012).
Hampir semua makhluk hidup membutuhkan  air. Karena itu, air merupakan komponen yang sangat vital bagi kehidupan. Sebagian besar tubuh makhluk hidup tersusun oleh air dan tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air. Meskipun demikian, kebutuhan organisme akan air tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan ketersediaan air di suatu daerah, tidak  sama antara daerah satu dengan yang lainnya. Komponen abiotik lainnya adalah udara. Kita tidak bisa menyangkal bahwa peranan udara sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Oksigen yang kita gunakan untuk bernapas atau CO2 yang diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis juga berasal dari udara. Bahkan bumi kita pun dilindungi oleh atmosfer yang merupakan lapisan-lapisan udara (Anonim, 2012).
Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya matahari, kelembaban, dan juga temperatur (suhu). Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu daerah akan mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain itu, cahaya matahari juga menyebabkan peningkatan suhu atau temperatur udara. Adanya perbedaan temperatur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir atau bergerak membentuk angin. Kesemuanya memberikan pengaruh bagi organisme (Budiati, 2006).
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama semua makhluk hidup, karena dengannya tumbuhan dapat berfotosintesis. Sedangkan keberadaan uap air di udara akan mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh organisme. Organisme yang hidup di dae-rah panas (suhu udara tinggi dan kelembaban rendah) akan berupaya untuk mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya onta yang merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub, karena hidup di lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi dengan memiliki bulu yang tebal. Selain itu, perbedaan suhu udara juga bisa menimbulkan angin, yaitu aliran udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga organisme akan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Contohnya pada tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di daerah dengan angin yang kencang, daerah pantai misalnya,  membentuk sistem perakaran yang kuat dan batang yang elastis supaya tidak mudah patah ketika diterpa angin. Contohnya jenis tumbuhan tersebut adalah cemara udang (Anonim, 2012).
Selain air, udara, dan cahaya matahari, keberadaan suatu ekosistem juga dipengaruhi oleh kondisi tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi berbagai jenis organisme, terutamatumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu daerah memiliki berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang me-makan pemakan tumbuhan tersebut. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH), tekstur (komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur haranya (Budiati, 2006 ).
Komponen abiotik yang juga tidak kalah penting adalah topografi  dan iklim. Topografi  adalah letak suatu tempat dipandang dari ketinggian di atas permukaan air laut (altitude) atau dipandang dari garis bujur dan garis lintang (latitude). Topografi  yang berbeda menyebabkan perbedaan penerimaan intensitas cahaya, kelembaban, tekanan udara, dan suhu udara, sehingga topografi  dapat menggambarkan distribusi makhluk hidup. Sedangkan iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata di suatu tempat yang luas dalam waktu yang lama (30 tahun), terbentuk oleh interaksi berbagai komponen abiotik seperti kelem baban udara, suhu, curah hujan, cahaya matahari, dan lain sebagainya (Sulistyorini, 2009 ).
Iklim mempunyai hubungan yang erat dengan komunitas tumbuhan dan kesuburan tanah. Contohnya adalah di daerah yang beriklim tropis, seperti Indonesia, memiliki hutan yang lebat dan kaya akan keanekaragaman hayati yang disebut hutan hujan tropis sedang kan di daerah subtropis hutan seperti itu tidak dijumpai (Kistinnah, 2009 ).
2.       Komponen Biotik
Komponen biotik meliputi semua jenis makhluk hidup yang ada pada suatu ekosistem. Contoh komponen biotik adalah manusia,hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Menurut peranannya dalam ekosistem, komponen biotik dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu produsen, konsumen, dan pengurai. Organisme yang berperan sebagai produsen  adalah semua organisme yang dapat membuat makanan sendiri. Organisme ini disebut organisme autotrof, contohnya adalah tumbuhan hijau. Sedangkan organisme yang tidak mampu membuat makanan sendiri (heterotrof ) berperan sebagai konsumen ( Sowarno, 2009 ).
Tumbuhan merupakan organisme autotrof karena dapat membuat makanan sendiri melalui  fotosintesis. Dalam proses ini, bahan anorganik diubah menjadi senyawa organik dengan bantuan sinar matahari. Melalui proses fotosintesis, gas  hasil buangan organisme lain diubah oleh tumbuhan menjadi zat gula, oksigen, dan energy ( Sowarno, 2009).
Selain mampu mencukupi kebutuhannya akan energi, produsen juga berperan sebagai sumber energi bagi organisme lain. Energi yang dihasilkan produsen akan dimanfaatkan oleh organisme lain melalui proses makan dan dimakan. Hewan pemakan tumbuhan memperoleh energi dari tumbuhan yang dimakannya. Sedangkan hewan pemakan tumbuhan tersebut juga bisa dijadikan sumber energi bagi hewan lain yang memakannya. Organisme yang memperoleh makanan dengan cara demikian disebut konsumen. Jadi, organisme yang berperan sebagai konsumen adalah organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri atau disebut organisme heterotrof  ( Subardi, 2009 )
Hewan hewan yang banyak di temukan di hutan hujan tropis
1.      Componatus
Tanda tandanya : Torak melengkung jelas, pronotum dekat kepala agak kecil. Kepala bagian belakang bulat sedangkan bagian depannya agak kecil, bagian atas cembung. Pedicel satu, nodus berbentukmkerucut. Tersebar luas di daerah tropika dan sub troipika. (muhaimin,n ; 1997)
C.     ALAT DAN BAHAN
1.      Alat tulis
2.      Tali raffia
3.      pH meter
4.      thermometer
5.      hygrometer
6.      pasak
D.    PROSEDUR KERJA
1.      Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan kerapatan populasi dari hewan hewan dan pengukuran terhadap factor lingkunan : susu uadara, kelmbaban, dan pH tanah.
2.      Dipilih tempat yang kana diteliti kemudian dibuat belt transect dengan ukuran 50 x 50 meter tiap kelompok. Kemudian dalam petak tersebut dibuat plot plot dengan ukuran 10 x 10 m (I), 20 x 20 m (II), dan 30 x 30 m (III).



                                                                                                   

3.      Setelah pembagian plot selesai kemudian dicatat spesies hean apa saja yang ada di dalam plot tersebut. Kemudian dicatat jumlah dari masing masing spesies tersebut.
4.      Setelah [ernhitungan jumlah individu dalam plot selesai, kemudian diukur pH tanah, suhu lingkungan dalam plot, dan kelembaban lingkungan dalam plot.
5.      Dicatat semua hasil dari pengamatan kemudian dianalisa semua factor biotic dan abiotik yang ada dalam plot plot tersebut.
E.     HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN



Table hasil pengamatan
Plot 1
No
Nama Spesies
Jumlah
Kelembaban (%)
Suhu (oC)
pH Tanah
1
Semut hitam (Componitus caryae)
17
81
29.5
4.2
2
Semut merah (Formica ruva)
9
3
Semut rang rang (Oecophylla smaragdina)
3
4
Cacing tanah (Lumbricus terrestris)
2
Plot 2
No
Nama Spesies
Jumlah
Kelembaban (%)
Suhu (oC)
pH Tanah
1
Semut hitam (Componitus caryae)
22
80
29
5.4
2
Semut merah (Formica ruva)
10
3
Laba laba (Araneus diadematus)
2
4
Semut rang rang (Oecophylla smaragdina)
3
5
Cacing tanah (Lumbricus terrestris)
3
6
Jangkrik (Gryllus assimilis)
2
7
Ulat (Handelium doleschallia polibete)
4
8
Rayap (Glyptotermes spp.)
12
9
Nyamuk (Aedes aegypti)
2
Plot 3
No
Nama Spesies
Jumlah
Kelembaban (%)
Suhu (oC)
pH Tanah
1
Semut hitam (Componitus caryae)
29
79.5
28
5,8
2
Semut merah (Formica ruva)
12
3
Cacing tanah (Lumbricus terrestris)
4
4
Jangkrik (Gryllus assimilis)
5
5
Ulat (Handelium doleschallia polibete)
8
6
Rayap (Glyptotermes spp.)
15
7
Kumbang (Leptinotarsa decemlineota)
3
8
Kupu kupu (Graphrum sarpedon)
3
9
Belalang (Atrachtromorpha crenulata)
4

PERHITUNGAN
PLOT 1
a.       Kerapatan jenis
Kerapatan (K) =
1)      Componitus caryae:  = 0.17
2)      Formica ruva :  = 0.09
3)      Oecophylla smaragdina :  = 0.03
4)      Lumbricus terrestris:  = 0.02
K total = 0.31
b.      Kerapatan Relatif (KR) =  x 100 %
1)      Componitus caryae :  x 100 % = 54.83%
2)      Formica ruva:  x 100 % = 29.03 %
3)      Oecophylla smaragdina :  x 100 % = 9.67 %
4)      Lumbricus terrestris :  x 100 % = 6.45 %
PLOT II
a.       Kerapatan jenis
Kerapatan (K) =
1)      Componitus caryae :  = 0.07
2)      Formica ruva :  = 0.03
3)      Araneus diadematus: = 0.006
4)      Oecophylla smaragdina :  = 0.01
5)      Lumbricus terrestris:  = 0.01
6)      Gryllus assimilis =  = 0.006
7)      Handelium doleschallia polibete :  = 0.013
8)      Glyptotermes spp :  = 0.04
9)      Aedes aegypti:  = 0.006
K total : 0.191
b.      Kerapatan Relatif (KR) =  x 100 %
1)      Componitus caryae :  x 100 % = 36.64%
2)      Formica ruva :  x 100 % = 15.70%
3)      Araneus diadematus : x 100 % = 3.14%
4)      Oecophylla smaragdina :  x 100 % = 5.25%
5)      Lumbricus terrestris:  x 100 % = 5.25%
6)      Gryllus assimilis :  x 100 % = 3.14%
7)      Handelium doleschallia polibete :  x 100 % = 6.80%
8)      Glyptotermes spp:  x 100 % = 20.94 %
9)      Aedes aegypti :  x 100 % = 3.14 %
PLOT III
a.       Kerapatan jenis
Kerapatan (K) =
1)      Componitus caryae :  = 0.058
2)      Formica ruva :  = 0.024
3)      Lumbricus terrestris:  = 0.08
4)      Gryllus assimilis =  = 0.01
5)      Handelium doleschallia polibete :  = 0.016
6)      Glyptotermes spp :  = 0.03
7)      Letinotorasa decimlineota :  = 0.006
8)      Graphrum sarpedon :  = 0.006
9)      Atrachomorpha crenulata :  = 0.002
K total : 0.16
b.      Kerapatan Relatif (KR) =  x 100 %
1)      Componitus caryae:  x 100 % = 36.25 %
2)      Formica ruva :  x 100 % = 15.00 %
3)      Lumbricus terrestris :  x 100 % = 5.00 %
4)      Gryllus assimilis:  x 100 % = 6.25 %
5)      Handelium doleschallia polibete:  x 100 % = 10.00 %
6)      Glyptotermes spp:   x 100 % = 18.75 %
7)      Letinotorasa decimlineot  x 100 % = 3.75 %
8)      Graphrum sarpedon : x 100 % = 3.75 %
9)      Atrachomorpha crenulata:  x 100 % = 1.25 %
c.       Frekuensi
Frekuensi (F) =
1)      Componitus caryae :  = 1
2)      Formica ruva :  = 1
3)      Oecophylla smaragdina :  = 0.66
4)      Lumbricus terrestris :  = 1
5)      Araneus diadematus:  = 0.33
6)      Gryllus assimilis :  = 0.66
7)      Handelium doleschallia polibete :  = 0.66
8)      Glyptotermes spp :  = 0.66
9)      Letinotorasa decimlineota :  = 0.33
10)  Atrachomorpha crenulata :  = 0.33
11)  Graphrum sarpedon :  = 0.33
12)  Aedes aegypti :  = 0.33
F total : 7.29
d.      Frekuensi relative
Frekuensi Relatif (FR) =  x 100 %
1)      Componitus caryae  :  x 100 % = 13.71 %
2)      Formica ruva :  x 100 % = 13.71 %
3)      Oecophylla smaragdina :  x 100 % = 9.05 %
4)      Lumbricus terrestris: x 100 % = 13.71 %
5)      Araneus diadematus :  x 100 % = 4.52 %
6)      Gryllus assimilis :  x 100 % = 9.05 %
7)      Handelium doleschallia polibete :  x 100 % = 9.05 %
8)      Glyptotermes spp :  x 100 % = 9.05 %
9)      Letinotorasa decimlineota :  x 100 % = 4.52 %
10)   Atrachomorpha crenulata :  x 100 % = 4.52 %
11)  Graphrum sarpedon :  x 100 % = 4.52 %
12)  Aedes aegypti :  x 100 % = 4.52 %
e.       Dominasi
Dominasi (D) =  
1)       Componitus caryae  =  = 1
2)      Formica ruva =  = 1
3)      Oecophylla smaragdina  =  = 0.44
4)      Lumbricus terrestris =  = 1
5)      Araneus diadematus =  = 0.33
6)      Gryllus assimilis =  = 0.88
7)      Handelium doleschallia polibete =  = 0.88
8)      Glyptotermes spp =  = 0.88 
9)      Letinotorasa decimlineota = = 0.55
10)  Atrachomorpha crenulata=  = 0.55
11)  Graphrum sarpedon=  = 0.55
12)  Aedes aegypti =  = 0.55
D total = 7.61
Dominansi Relatif (DR) =  x 100 %
1)      Componitus caryae  =  x 100 %  = 15.6 %
2)      Formica ruva =  x 100 %  = 15.6 %
3)      Oecophylla smaragdina  =  x 100 %  = 5.78 %
4)      Lumbricus terrestris=   x 100 %  = 15.6 %
5)      Araneus diadematus =  x 100 %  = 4.33 %
6)      Gryllus assimilis =  x 100 %  = 11.5 %
7)      Handelium doleschallia polibete =  x 100 %  = 11.5 %
8)      Glyptotermes spp = x 100 %  = 11.5 %
9)      Letinotorasa decimlineota = x 100 %  = 7.22 %
10)  Atrachomorpha crenulata= x 100 %  = 7.22 %
11)   Graphrum sarpedon=  x 100 %  = 7.22 %
12)  Aedes aegypti =  x 100 %  = 7.22 %
f.       Indeks Shannon Weiner
D =
13)  Componitus caryae  =  = 1
14)  Formica ruva =  = 1
15)  Oecophylla smaragdina  =  = 0.44
16)  Lumbricus terrestris =  = 1
17)  Araneus diadematus =  = 0.33
18)  Gryllus assimilis =  = 0.88
19)  Handelium doleschallia polibete =  = 0.88
20)  Glyptotermes spp =  = 0.88 
21)  Letinotorasa decimlineota = = 0.55
22)  Atrachomorpha crenulata=  = 0.55
23)  Graphrum sarpedon=  = 0.55
24)  Aedes aegypti =  = 0.55
D total = 7.61
Dominansi Relatif (DR) =  x 100 %
1)      Componitus caryae  =
2)      Formica ruva = 00782
3)      Oecophylla smaragdina  0.000186
4)      Lumbricus terrestris=  0.0115
5)      Araneus diadematus = 0.00006
6)      Gryllus assimilis= 0.0008
7)       Handelium doleschallia polibete =
8)      Glyptotermes spp =
9)      Letinotorasa decimlineota =
10)  Atrachomorpha crenulata=
11)   Graphrum sarpedon=
12)  Aedes aegypti =


F.      PEMBAHASAN
Pengamatan kali ini praktikan mengamati kerapatan populasi hewan di daerah bukit bangkirai. Praktikan juga melakukan pengukuran terhadap factor  abiotik. Tujuannya adalah agar praktikan mengetahui kerapatan pipulasi hewan yang ada di wilayahtersebut dan juga dapat mengkaitkannya dengan hasil pengukuran factor abiotik yang di peroleh dari hasil pengukuran.
Pengamatan pertama yaitu mengamati hewan hewan apa saja yang terdapat pada daerah tersebut. Praktikan membuat belt transect, belt transect biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Praktikan membuat batas luar plot yaitu 50 × 50 m. kemudian membuat 3 plot di dalamnya dengan ukuran 10 × 10 m (plot I), 20 × 20 m (plot II) dan 30 × 30 m (plot III). Setelah plot terpasang, dilakukan pengamatan pada ketiga plot tersebut apakah ada hewan dan berapa jumlah individunya. Kemudian dilakukan pengukuran factor abiotik yaitu kelembaban, suhu dan pH tanah.
Pada plot I, diperoleh beberapa hewan yaitu semut hitam (Componitus caryae), semut merah (Formica ruva) , semut rang rang (Oecophylla smaragdina), dan cacing tanah (Lumbricus terrestris). Hasil pengukuran factor abiotik di peroleh kelembaban udanya 81 %, suhu 29.5 0 C dan pH tanah sebesar 4.2. di plot I ini masi sedikit hewan yang ditemukan karena kelembaban udara cukup tinggi, dan sinar matahari tidak terlalu banyak. Seperti kita ketahui hewan juga membutuhkan cahaya matahari yang cukup.
Pada plot II, di peroleh hewan hewan sebagai berikut, semut hitam (Componitus caryae), semut merah (Formica ruva), laba laba, semut rang rang (Oecophylla smaragdina), cacing tanah (Lumbricus terrestris), jangkrik, ulat, rayap, dan nyamuk. Hasil pengukuran Factor abiotiknya, kelembaban 80 %, suhu 290 C dan pH tanah 5.4. pada plot II, hewan yang teramati cukup beragam dan jumlah individunya meningkat, hal ini berkaitan dengan factor abiotiknya. Kelembabannya sudah lebih tinggi di banding plot I, cahay matahari juga sudah cukup pada plot ini. pH tanahnya meningkat suhunya menurun.
Pada plot III, individu yang termati yaitu semut hitam (Componitus caryae), semut merah (Formica ruva), cacing tanah (Lumbricus terrestris), jangkrik, ulat, rayap, kumbang, kupu kupu dan belalang. Individu kupu kupu, kumbang dan belalang hanya ada pada plot III, karena cahaya matahari yang masuk cukup pada plot ini, kelembaban udaranya 79.5 %,suhunya 28o C dimana suhu ini sudah cocok untuk hewan hidup dengan baik, pH tanahnya 5.8.
Dari ketigaplot yang mendominasi adalah semut hitam, semut merah, dan cacing tanah . ketiganya memiliki toleransi terhadap lingkungan yang tinggi, sehingga mereka mampu bertahan di ketiga lingkungan plot plot tersebut.
Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di udara atau atmosfer, biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk setiap volume udara tertentu.Berdasarkan perhitungan di atas, maka setiap suhu tertentu di tempat yang sama akan memberikan harga kelembaban tertentu yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban yang umum dipergunakan adalah kelembaban udara relatif, yaitu berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan tekanan uap air jenuh pada suhu yang bersamaan.
Pengukuran temperatur dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori yaitu gram kalori atau kilogram kalori sedangkan pengukuran kualitatif dinyatakan dalam satuan derajat Celcius, derajat Fahrenheit, Reamur atau Kelvin. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan alat termometer. Termometer bekerja berdasarkan prinsip pemuaian atau pengerutan suatu zat padat ataucairan akibat pemanasan atau pendinginan. Zat cair yang digunakan adalah air raksa ataualkohol yang diberi warna agar mempermudah dalam pembacaan. Penamaan termometer disesuaikan dengan zat cair yang digunakan, misalnya termometer air raksa atau termometer alkohol. Temperatur digunakan dengan cara membaca skala pada ujung kolom air raksa dalam satuan derajat Celcius (ºC). Badan termometer tidak boleh dipegang secara langsung dengan tangan agar tidak mengganggu pembacaan.
pH tanah adalah faktor kimia tanah penting yang menggambarkan sifat asam atau basa tanah. Nilai pH tanah adalah nilai negatif logaritma dari aktivitas ion hidrogen tanah. Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya jenis batuan induk, tipe vegetasi dan aktivitas pemupukan. pH tanah menentukan kelarutan unsur-unsur hara dalam larutan tanah, sehingga pH akan memengaruhi ketersediaan unsur-unsur hara bagi tumbuhan.
Kesalahan data dapat terjadi, sehingga data hasil pengamatan tidak sesuai dengan teori. Hal ini dapat terjadi diantaranya karena, kesalahan proses pengukuran misalnya kesalahan pembacaan alat, kemudian kesalahan proses seperti dalam mengukurm pH tanah seharusnya serah serasah dibersihkan dulu sebelum tanah diukur pHnya.


G.    KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, di peroleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Hewan hewan yang ditemukan pada pengamatan kali ini adalah sebagai berikut :
a.       Semut hitam (Componitus caryae)  68 individu
b.      Semut merah (Formica ruva) = 31 individu
c.       Semut rang rang (Oecophylla smaragdina)  = 6 individu
d.      Cacing tanah (Lumbricus terrestris) = 9 individu
e.       Laba laba (Araneus diadematus) =2 individu
f.       Jangkrik (Gryllus assimilis) = 7 individu
g.      Ulat daun (Handelium doleschallia polibete) = 12 individu
h.      Rayap (Glyptotermes spp)=27 individu
i.        Kumbang (Letinotorasa decimlineota) = 3 individu
j.        Belalang Atrachomorpha crenulata = 1 individu
k.      Kupu kupu Graphrum sarpedon = 3 individu
l.        Nyamuk (Aedes aegypti) =2 individu
Yeng memiliki kerapatan paling tinggi adalah Semut hitam (Componitus caryae)  
2.      Factor abiotik yang diukur adalah :
a.       Plot I
Kelembaban = 81 %
Suhu = 29.5 0 C
pH tanah = 4.2
b.      Plot II
Kelembaban = 80 %
Suhu = 29 0 C
pH tanah = 5.4
c.       Plot I
Kelembaban = 79.5 %
Suhu = 28 0 C
pH tanah = 5.8






Tidak ada komentar:

Posting Komentar