Total Tayangan Halaman

Senin, 20 April 2015

kunci determinasi laos dan waru

A.      KUNCI DETERMINASI LAOS/LENGKUAS
1b  : Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari dan (atau) putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga………………………..……2.
2b  : Tiada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau membelit (dengan batang, poros daun atau tangkai)………………………………..…3.
3b  : Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas tersebut di atas…………………………………………………………………………..4.
4b  : Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan (atau) bunga berlainan dengan yang diterangkan di atas…………………………………6.
6b   : Dengan daun yang jelas………………………………………………….…7.
7b   : Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang menyerupainya………..9.
9b  : Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit………………….11.
11a : Tulang daun dan urat daun sejajar satu dengan yang lainnya menurut panjang daun, tebal tulang daun, urat daun kerap kali hanya berbeda sedikit. Daun kebanyakan berbentuk garis sampai lanset, kerap kali tersusun dalam 2 baris. Pangkal daun kerap kali jelas dengan pelepah yang memeluk batang. Bunga kerap kali berbilangan 3. kebanyakan berupa herba dengan akar rimpang, umbi atau umbi lapis (golongan 5)………...67
67b :  Tepi daun rata atau berduri tempel sangat kecil…………………………..69
69b :  Daun tidak merupakan karangan…………………………………………..70
70b :  Daun lain…………………………………………………………………..71
71a : Batang yang berdaun merupakan tangga yang memutar...32. Zingiberaceae.

Kingdom        : Plantae
Divisio            : Magnoliophyta
Classis            : Liliopsida
Sub classis        : Zingiberidae
Ordo            : Zingiberales
Familia        : Zingiberaceae
Genus            : Alpinia
Species        : Alpinia galangal

KUNCI DETERMINASI WARU
1b  : Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari dan (atau) putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga………………………..……2.
2b  : Tiada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau membelit (dengan batang, poros daun atau tangkai)………………………………..…3.
3b  : Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas tersebut di atas…………………………………………………………………………..4.
4b  : Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan (atau) bunga berlainan dengan yang diterangkan di atas…………………………………6.
6b   : Dengan daun yang jelas………………………………………………….…7.
7b   : Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang menyerupainya………..9.
9b   : Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit………………….10.
10b : Daun tidak tersusun demikian rapat menjadi rozet………………………..11.
11b : Tidak demikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jaring urat daun dan dari anak cabang tulang daun yang ke samping dan yang serong ke atas…………………………………………………...…………………….12.
12b :Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama sekali...………………………………………………...…………………..13.
13b  : Tumbuh-tumbuhan bentuk lain………………………….………………..14.
14a  :  Daun tersebar, kadang-kadang berhadapan………………………………15.
15a : Daun tunggal, tetapi tidak berbagi menyirip rangka sampai bercangap menyirip rangkap………………………………………………………109.
109b:  Tanaman daratan (atau tumbuh) di antara tanaman bakau……………...119.
119b:  Tanaman lain……………………………………………………………120.
120b:  Tanaman tanpa getah………………………...………………………....121.
128b:  Daun lain. Bukan rumput-rumputan yang merayap, dan mudah berakar…...
    …………………………………………………………………………..129
129b:  Tidak ada upih daun yang jelas, paling-paling pangkal daun sedikit atau banyak mengelilingi batang…………………………………………….135
135b:  Daun tidak berbentuk kupu-kupu berlekuk dua…………………………136
136b:  Susunan tulang daun menyirip atau menjari…………………………….139
139b:  Tidak ada bekas berbentuk cincin yang melingkar pada cabang………..140
140b:  Kelopak tanpa kelenjar demikian………………………………………..142
142b:  Cabang tidak demikian…………………………………………………..143
143b:  Sisik demikian tidak ada………………………………………………...146
146b:  Tanaman tidak berduri atau tidak berduri tempel (buah diabaikan)…….154
154b:  Bunga tidak dalam bongkol dengan daun pembalut sedemikian………..155
155b:  Bunga tidak tertanam pada tangkai daun………………………………..156
156b:  Bakal buah menumpang…………………………………………………162
162b:  Ujung tangkai daun tanpa kelenjar………………………………………163
163b:  Rumput-rumputan, atau setidak-tidaknya bukan bunga yang berbilangan 3..
    …………………………………………………………………………..167
167b:  Bunga tidak demikian…………………………………………………...169
169b:  Bunga tak bertaji………………………………………………………...171
171a:  Tangkai sari saling berlekatan seluruhnya atau sendirian pada pangkalnya hingga membentuk tiang atau tabung (berberkas 1) kadang-kadangsalah satu dari benang sarinya lepas (berberkas 2) atau hanya yang paling dalam.
    …………………………………………………………………………..172
172b:  Tidak demikian………………………………………………...………..173
173b:  Bunga beraturan……………………………………………………..…..174
174b:  Benang sari banyak………………………………………………...……176
176a:  Benang sari bersatu dalam tabung yang panjang. Kepala sari berruang 1. tanaman sering dengan kulit liat sekitar batang, biasanya berambut………………………………………………...….75.Malvaceae
3b   : Tangkai putik pada ujungnya membelah menjadi 5 cabang yang cukup dalam atau dengan 5 kepala putik yang menjauh satu terhadap yang lain……..………………………………...……..………………5. Hibiscus
Kingdom        : Plantae
Divisio            : Magnoliophyta
Classis            : Magnoliopsida
Sub classis        : Dilleniidae
Ordo            : Malvales
Familia        : Malvaceae
Genus            : Hibiscus
Species        : Hibiscus

KUNCI DETERMINASI LUMUT
1a. Tubuh dapat dibedakan atas akar-batang-daun,…………….2
2b. Bagian tubuh yang berfungsi sebagai Alat perkembangbiakan berupa spora,…….7
7a. Tubuh berukuran relatif kecil, berbentuk lembaran atau pohon; tidak mempunyai akar sejati, hidup bergerombol ditempat miring (tebing,tepi pematang) ditempat lembab.

KUNCI DETERMINASI JAMBU BATU
1b  : Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari dan (atau) putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga………………………..……2.
2b  : Tiada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau membelit (dengan batang, poros daun atau tangkai)………………………………..…3.
3b  : Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas tersebut di atas…………………………………………………………………………..4.
4b  : Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan (atau) bunga berlainan dengan yang diterangkan di atas…………………………………6.
6b   : Dengan daun yang jelas………………………………………………….…7.
7b   : Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang menyerupainya………..9.
9b   : Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit………………….10.
10b : Daun tidak tersusun demikian rapat menjadi rozet………………………..11.
11b : Tidak demikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jaring urat daun dan dari anak cabang tulang daun yang ke samping dan yang serong ke atas………………………………………………………………………….12.
12b :Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama sekali………………………………………………………………………..13.
13b  : Tumbuh-tumbuhan bentuk lain………………………….………………..14.
14b  :  Semua daun duduk berhadapan………….………………………………16.
16a : Daun tunggal, berlekuk atau tidak, tetapi tidak berbagi menyirip rangkap sampai bercangap menyirip rangkap (golongan 10)……………………239.
239b:  Tumbuh-tumbuhan tanpa getah…………………………………………243.
243b:  Tidak hidup dari tumbuh-tumbuhan lain……………………………….244.
244b:  Susunan bertulangan daun tidak demikian, seluruhnya atau sebagian besar tulang daun tersusun menyirip, menjari atau sejajar……………..…….248.
248b:  Daun bertulang menyirip atau menjari, susunan urat daun seperti jala…249
249b:  Daun tak mempunyai serabut demikian. Bunga berbentuk lain……..….250
250a:  Pohon atau perdu…………………………………………………………251
251b:  Tidak terdapat daun penumpu atau daun penumpu berbentuk lain….….253
253b:  Bunga tunggal, tandan, bulir, pajung atau malai……………….………..254
254b:  Susunan tulang daun tidak demikian……………………..……………..255
255a:  Kelopak sobek di atas bagian tengahnya, setengah bagian atasnya terlepas menurut bentuk mangkuk (tutup kelopak). Daun umumnya berselaput lilin, jika diremas berbau kayu putih……………………………..94. Myrtaceae
2a    :  Buah buni berbiji banyak. Bagian muda berambut. Tabung kelopak tidak atau sedikit sekali diperpanjang di atas bakal buah; tepi kelopak sebelum mekar berlekatan menjadi bentuk cawan, kemudian membelah menjadi 2-5 taju yang tidak sama…………………………………………….2. Psidium
Kingdom        : Plantae
Divisio            : Magnoliophyta
Classis            : Magnoliopsida
Sub classis        : Rosidae
Ordo            : Myrtales
Familia        : Myrtaceae
Genus            : Psidium
Species        : Psidium guajava L.


kunci determinasi Aquilaia malaccensis

KUNCI DETERMINASI Aquilaria malaccensis
1. a. Daun tunggal ......................................................................................... 2
2.b. Tata daun tidak opposite ....................................................................... 4
4. a. Tepi daun entire .................................................................................... 5
5. b. Tata daun sub-opposite ......................................................................... 8
8.  b. Permukaan bawah daun tidak glabrous................................................ 11
11. b. Permukaan atas daun glabrous............................................................. 13
13. b. Tulang daun primer permukaan atas tenggelam................................... 15
15. b. Tulang daun menyirip, bawah daun tidak berwarna coklat................. 16
16. b. Tangkai daun tidak memiliki bintil-bintil kecil.................................... 17
17. a. Permukaan bawah berkesan raba kasar ............................................... 20
20. b. Tepi daun tidak crenate....................................................................... 24
24. a. Tepi daun repand................................................................................. 25
25. b. Tulang daun primer bagian atas tenggelam.......................................... 27
27. b. Tata daun sub-opposite, bentuk daun oval atau elliptical, ujung daun acuminate, tidak bergetah       Aquilaia malaccensis





Jumat, 10 April 2015

MAKALAH REPRODUKSI SERANGGA

BAB II
PEMBAHASAN
REPRODUKSI SERANGGA
A.    ALAT REPRODUKSI SERANGGA
Walaupun beragam tampilannya, organ reproduksi serangga memiliki struktur dan fungsi yang sama dengan organ reproduksi pada vertebrata: testis pada jantan menghasilkan sperma dan ovarium pada betina menghasilkan telur. Kedua jenis gamet  ini haploid dan uniseluler, tetapi telur biasanya memiliki volume yang  jauh lebih besar daripada sperma (Meyer, 2009).
Setiap  sistem reproduksi dapat bervariasi dalam bentuk (misalnya gonad dan kelenjar aksesori), posisi (misalnya tambahan kelenjar aksesori), dan jumlah (misalnya tabung ovarium atau testis, atau organ penyimpanan sperma) antara kelompok serangga yang berbeda, dan kadang-kadang bahkan di antara spesies yang berbeda dalam genus (Gullan  and Cranston,  2005).
1.      Alat reproduksi serangga jantan

(http://deddyrandu.blogspot.com/favicon.ico)
Gambar 1
Sistem Reproduksi  Jantan: A. testes; 
B.  follicles; C. vasa efferentia; D. seminal vesicles; 
E. vasa deferentia; F. ejaculatory duct; 
G. aedeagus; H. accessory glands (Sumber: Meyer, 2009

Sistem reproduksi serangga jantan terdiri atas sepasang testis (Gambar 1A) yang terletak di ujung belakang abdomen. Setiap testis mengandung unit-unit fungsional yang disebut folikel (Gambar 1B) dimana sperma dihasilkan. Sperma matang yang keluar dari testis melewati  saluran pendek yang disebut vas efferentia (Gambar 1C) dan mengumpul di ruang penyimpan (vesikula seminalis yang disebut (gambar 1D). Saluran vas deferens (Gambar 1E) mengarah keluar dari vesikula seminalis, bergabung satu sama lain di sekitar pertengahan tubuh, dan membentuk saluran ejakulasi atau ejaculatory duct (Gambar 1F) tunggal yang mengarah keluar dari tubuh melalui organ kelamin jantan yang disebut aedeagus, (Gambar 1G). 
Terdapat Satu atau lebih pasangan kelenjar aksesori atau accessory glands, (Gambar 1H) biasanya berhubungan dengan sistem reproduksi jantan, yaitu organ-organ sekretori yang terhubung dengan sistem reproduksi melalui saluran pendek . beberapa mungkin menempel dekat testis atau vesikula seminalis, yang lainnya  mungkin berhubungan dengan saluran ejakulasi.
2.      Alat reproduksi serangga betina
http://deddyrandu.blogspot.com/favicon.ico
gambar 2
Sistem Reproduksi Betina: 
A. ovaries; B. ovarioles; C. lateral oviducts; 
D. common oviduct; E. bursa copulatrix; 
F. accessory glands; G. spermatheca; 
H. spermathecal gland (Sumber: Meyer, 2009
Sistem reproduksi serangga betina terdiri atas sepasang ovarium (Gambar  2A). Setiap ovarium terbagi menjadi unit-unit fungsional yang disebut ovariol (Gambar 2B) yaitu tempat telur dihasilkan. Satu ovarium dapat mengandung puluhan ovariol, umumnya letaknya sejajar satu sama lain. Telur matang meninggalkan ovarium melalui saluran telur lateral  atau lateral oviducts (Gambar 2C). Pada sekitar pertengahan tubuh, saluran telur lateral ini bergabung untuk membentuk common oviduct (Gambar 2D) yang membuka ke ruang alat kelamin yang disebut bursa copulatrix (Gambar 2). 
Kelenjar aksesori betina (accessory glands, Gambar 4F) memasok pelumas untuk sistem reproduksi dan mengeluarkan kulit telur kaya protein (chorion) yang mengelilingi seluruh telur. Kelenjar ini biasanya dihubungkan dengan saluran kecil ke saluran telur umum atau bursa copulatrix.
Selama kopulasi, jantan menyimpan spermatophore di bursa copulatrix. Kontraksi peristaltik menyebabkan spermatophore masuk ke dalam spermatheca (Gambar 2) betina, yaitu sebuah ruang kantong penyimpanan sperma. 
Kelenjar spermathecal atau spermathecal gland (Gambar 2H) memproduksi enzim untuk mencerna lapisan protein spermatophore dan nutrisi (untuk mempertahankan sperma sementara berada di penyimpanan). Sperma dapat hidup di spermatheca selama berminggu-minggu, bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Contoh gamabar alat reproduksi belalang jantan dan betina
Keterangan : gambar 1 (jantan) dan gambar 2 (betina)



B.     TELUR DAN PROSES FERTILISASI
Telur yang matang diletakkan, dan bentuknya beragam mulai dari yang pipih, bulat telur (oval), seperti tong sampai bulat. Sebagian besar telur bagian terbesar telur terisi oleh kuning telur (yolk) atau deutoplasma (deutoplasm), sitoplasma dan inti hanya menempati bagian kecil dari telur. Kuning telur mengandung karbohidrat, protein dan lipida. Protein adalah bagian yang terbanyak.  Sitoplasma terdapat di sekitar inti (sitoplasma inti) dan sekitar tepi kuning telur (periplasma atau sitoplasma korteks = cortical cytoplasm).  Telur dapat terbungkus oleh dua membran: membran vitelin yang merupakan membran sel telur dan korion (chorion) atau kulit telur.
Korion berfungsi seperti kutikula pada serangga betinanya, melindungi terhadap gangguan fisik, terhadap penguapan air, dan juga untuk ventilasi (pernapasan) telur. Telur-telur jenis serangga tertentu yang diletakkan di tempat lembab dapat menyerap air dari lingkungannya.
Spermatozoa dapat masuk ke dalam telur melalui satu atau lebih saluran khusus disebut mikropil, yang merupakan perforasi, pada korion yang terdapat di bagian tertentu dari telur. Pembuahan telur terjadi setelah ovulasi, dimulai dengan transfer sperma dari serangga jantan ke serangga betina di dalam sistem reproduksinya pada waktu kopulasi.
Sperma yang ditransfer itu bebas atau dalam spermatofor. Spermatofor biasanya diletakkan dalam bursa kopulatriks atau vagina, jarang  di dalam spermateka. Spermatozoa, apapun kondisinya waktu ditransfer ke serangga betina akhirnya berkumpul di spermateka. 
Proses pembuahan adalah sebagai berikut:
a.)    pelepasan sejumlah spermatozoa dari spermateka.
Spermateka Kantung sperma pada serangga betinaSpermateka berfungsi memproduksi bahan likat untuk menempelkan telur.
b.)    masuknya spematozoa ke dalam telur melalui mikropil (micropyle),
mikropil adalah saluran khusus untuk memasukkan sperma kedalam sel telur.
c.)    fusi pronuklei telur dan spermatozoa menjadi zigot.
Penentuan kelamin (seks) pada serangga seksual tergantung dari keseimbangan antara gen-gen sifat jantan dan gen-gen sifat betina. Pada sebagian besar kelompok serangga jantan adalah heterogamet dan betina homogamet.
Pada serangga primitif, pejantan meletakkan spermatozoa pada suatu substrat, kadang-kadang dilindungi oleh struktur tertentu, dan kemudian mencumbu si betina untuk mengambil spermatozoa tersebut dan dimasukkan ke dalam bukaan organ kelaminnya. Capung dan laba-laba memasukkan langsung spermatozoa ke dalam struktur kopulasi sekunder, yang kemudian digunakan untuk membuahi betina. Serangga yang lebih maju memiliki organ khusus untuk memasukkan spermatozoa langsung ke saluran reproduksi betina.
 
C.     PEMBIAKAN PARTENOGENETIK
Hampir semua serangga adalah biseksual: organ reproduksi atau organ seks jantan dan betina masing-masing terdapat pada individu yang berbeda. Berbagai spesies serangga dari kelompok berbeda (misalnya famili Aphididae (Hemiptera) dan famili-famili dari subordo Apocrita (Hymenoptera)) dapat berbiak partenogenetik (tanpa ada pembuahan telur), misalnya pada lebah.
                         
Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina memproduksi sel telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi. Partenogenesis dapat kita lihat pada kutu daun, lebah, kutu air, dan beberapa invertebrata lainnya.
D.    EMBRIOGENESIS (PERKEMBANGAN EMBRIO)
Embriogenesis mencakup perkembangan sejak terjadinya zigot dan keluarnya individu yang sudah berkembang penuh dari telur. Proses individu keluar dari telur ini disebut penetasan atau eklosi (eclosion).  Morfogenesis adalah perkembangan sejak terjadi zigot sampai menjadi serangga dewasa. Embriogenesis antara kelompok-kelompok serangga beragam, ulasan umumnya dapat disajikan sebagai berikut.
Lapisan sel pertama yang terbentuk adalah blastoderm, yang terdiri dari lapis tunggal sel-sel, yaitu blastomer. Proses terbentuknya blastomer berbeda pada satu jenis binatang dengan jenis yang lainnya, hal ini berhubungan dengan banyaknya bahan kuning telur di dalam telur.  Namun pada sebagian besar serangga, telurnya mempunyai bahan kuning telur yang banyak.  Pada kebanyakan serangga nukleus yang berfungsi dengan sitoplasmanya, berperilaku seperti individu sel dan membelah diri (cleavage) secara mitosis.  Nukleus-nukleus baru yang terjadi bergerak ke daerah tepi telur dan membentuk blastoderm. Selama proses itu berlangsung, tiap nukleus membentuk sel lengkap dengan selaput selnya.
Sel-sel hasil pembelahan di atas sebagian tetap di bagian kuning telur, atau sebagian yang sudah di tepi kembali ke kuning telur; sel-sel ini disebut vitofag (vitellophages) atau sel-sel kuning telur (yolk cells).  Vetelofag ini berperan dalam pencernaan awal kuning telur, sehingga memudahkan pengasimilasian oleh sel-sel embrio lain.
Pada waktu bersamaan terjadinya blastoderm, beberapa sel hasil pembelahan berubah menjadi sel-sel lembaga (germ cells) yang nantinya berkembang menjadi gamet atau sel-sel reproduktif pada tahap larva tua, pupa atau dewasa.
Setelah pembentukan blastoderm selesai, sel-sel pada satu sisi telur berubah bentuk menjadi kolumnar (columnar) (artinya seperti tiang besar) sepanjang garis tengah-longitodinal telur, ke arah dua sisi dari garis ini sel-sel itu secara berurutan kurang kolumnar, akhirnya bersatu dengan sel-sel blastoderm yang tersisa, yang cenderung menjadi pipih (sequamous).  Daerah yang menebal dari blastoderm terdiri dari sel-sel kolumnar itu adalah pita lembaga (germ band), yang kemudian memanjang dan berkembang menjadi embrio.  Sel-sel lain ikut dalam pembentukan selaput atau membran ekstraembrio.  Pada sebagian besar serangga lipatan pada daerah di luar pita lembaga tumbuh ke arah atas pita lembaga, nantinya bertemu sepanjang garis tengah longitudinal.  Lapis luar dan dalam dari satu lipatan bersatu dengan lapis yang sama dan lipatan lainnya.  Lipatan dalam membentuk amnion (amnion) di sekeliling embrio yang berkembang dan lapis luar membentuk serosa yang mengelilingi kuning telur, ammon dan embrio.  Pada beberapa serangga selaput ekstraembrio terbentuk dari invaginasi (Apterigota) atau involusi embrio (Odonata, beberapa Orthoptera dan Homoptera).
Pada waktu pembentukan ammnion dan serosa, terjadi juga proses gastrulasi, yang dimulai dengan invaginasi (melekuk ke dalam) bagian bawah (venter) pita lembaga.  Nantinya invaginasi itu mendatar ke arah keluar dan pinggir-pinggir luarnya bertemu dan bersatu membentuk pita longitudinal dari sel-sel (lapis dalam atau mesentoderm) yang dikelilingi oleh lapis luar, disebut ektoderm.  Tipe lain pembentukan lapisan dalam ialah mengendapnya pita longitudinal bawah ke dalam kuning telur, yang kemudian tertumbuhi oleh sel-sel pita lembaga yang tertinggal.  Tipe yang lain lagi, lapisan dalam itu berkembang dari proliferasi pita lembaga.  Kemudian lapisan dalam berkembang menjadi dua pita longitudinal lateral (mesoderm) dan untingan tengah (median strands) dengan massa sel pada ujung anterior dan posterior.  Untingan tengah bagian massa sel di kedua ujungnya akan menjadi endorm.
Pada tahap perkembangan ini -yaitu mulai adanya mesoderm dan endorm -terjadi alur-alur melintang sehingga embrio terbagi-bagi menjadi satu seri ruas-ruas, 20 jumlahnya.  Segmentasi atau peruasan ini adalah proses bertahap (gradual), mulai dari bagian depan dan berlanjut ke belakang.  Pada saat yang sama terjadi juga evaginasi ektoderm, yang membentuk berbagai embelan (appendages) tubuh.  Apabila segementasi embrio itu telah sempurna dan semua dasar-awal (rudiments) dari embelan telah terbentuk, bagian-bagian embrio yang akan membentuk ketiga tagmata tubuh serangga sudah dapat terlihat.  Setelah pembentukan tiga lapis lembaga (germ layers) (endorm, mesoderm, ektoderm), masing-masing berkembang lebih lanjut yang nantinya membentuk berbagai jaringan dan organ-organ.  Proses ini disebut organogenesis.

Otot-otot, jantung dan aorta (pembuluh dorsal, jaringan lunak dan organ reproduksi berasal dari perkembangan mesoderm.  Mesenteron adalah endodermal, sedang stomodeum dan proktodeum ektodermal, otak, sistem saraf, sistem trakea dan integumen juga ektodermal.
E.     STRATEGI REPRODUKSI
Perkembangan embrio pada serangga dapat dikelompokkan dalam tiga tipe utama, yaitu :
1.      OVIPAR
Serangga betina meletakkan telur yang telah matang baik dibuahi maupun tidak. Perkembangan embrio terjadi diluar tubuh induknya dan embrio memperoleh makanan dari kuning telur. Kebanyakan serangga memiliki perkembangan ovipar.
2.      VIVIPAR
Pada perkembangan vivipar serangga betina tidak meletakkan telur tapi melahirkan larva atau nimfa muda dalam bentuk individu yang tidak terbungkus kulit telur (korion) . Perkembangan embrio berlangsung dalam tubuh induknya dan embrio memperoleh makanan langsung dari tubuh induknya.
3.      OVOVIVIPAR
Telur mengandung cukup kuning telur untuk memberi makan embrio yang sedang berkembang dan diletakkan oleh induknya segera setelah menetas. Istilah ovovivipar juga digunakan untuk serangga-serangga yang meletakkan telur yang mengandung embrio yang telah berkembang (telur telah siap menetas).
Istilah larvipar, nimfipar dan pupipar, menunjuk pada bentuk individu baru yang dilepas oleh induknya.  Lalat Tachinidae ada yang larvipar, kutudaun di daerah panas adalah nimfipar, sedang lalat tse-tse (Glossina spp., Muscidae) adalah pupipar.  Pada lalat tse-tse ini keturunan baru dilahirkan dalam fase larva yang sudah siap berpupa, sehingga hanya dalam beberapa jam setelah dilepas oleh induknya sudah menjadi pupa.
Selain ketiga tipe utama di atas, serangga juga memiliki beberapa tipe perkembangan embrio yang lain, yaitu :
a.)    Pada poliembrioni setiap telur yang sedang berkembang dapat membelah secara mitosis dan menjadi beberapa sampai banyak embrio. Tipe perkembangan ini biasanya terdapat pada Hymenoptera. Telur pada serangga polimbrioni berbeda dari serangga non-poliembrioni, sebagai berikut: (1) telurnya sangat kecil, (2) tidak ada kuning telur, (3) karion, jika ada, sangat tipis dan permeabel.
 
b.)    Paedogenesis, Serangga pradewasa memiliki alat kelamin yang telah matang dan dapat menghasilkan keturunan. Beberapa jenis Coleoptera memiliki perkembangan paedogenesis.
c.)    Parthenogenesis, Sel telur berkembang menjadi embrio tanpa mengalami pembuahan. Partenogenesis dapat terjadi pada serangga ovipar maupun vivipar.Pada lebahmadu hasil parthenogenesis menghasilkan lebah jantan (drone) sedangkan jika ada fertilisasi akan menjadi lebah betina.

F.      PELETAKAN TELUR DAN EKLOSI
Peletakan telur (oviposition) terjadi setelah telur matang dan terjadi ovulasi.  Telur umumnya diletakkan di tempat-tempat yang sesuai untuk kehidupan keturunan.  Telur dapat diletakkan dalam kelompok atau satu-satu, tergantung spesiesnya.  Organ atau struktur untuk peletakan telur dapat terdiri dari embelan-embelan khusus yang membentuk alat peletak telur atau ovipositor, atau abdomen dimodifikasi demikian rupa sehingga dapat dijulurkan seperti tabung sehingga berfungsi sebagai ovipositor.  Struktur ini umum disebut ovitubus dan dapat ditemui pada trips (Thysanoptera), lalat (Diptera) dan lainnya.  Ovipositor itu tereduksi atau tidak ada pada ordo-ordo berikut: Odonata, Plecoptera, Mellophaga, Anoplura, Ceoleoptera dan ordo-ordo panorpoid (Mecoptera).
Telur diletakkan secara beragam, beberapa serangga menyatukan telurnya secara pasif, misalnya pada Plasmida (walkingstick), yang lain menempelkan telur pada substratnya satu-satu atau dalam kelompok.  Jenis-jenis Vrysopidae (Neuroptera) meletakkan telur dengan tungkai yang kaku yang panjang; telur terdapat di ujung tangkai.  Berbagai jenis serangga (belalang lapangan, belalang sembah, lipas) meletakkan telur dalam paket, disebut ooteka atau paket telur; dalam satu paket terdapat banyak telur.  Bahan untuk melekatkan telur atau untuk pembuatan paket berasal dari kelenjar penyerta (accessory glands).
Serangga parasitoid menggunakan ovipositornya untuk "menyuntikkan" telurnya dalam tubuh inangnya, pada serangga akuatik telurnya diliputi oleh bahan gelatin.  Serangga-serangga yang memarasit mamalia kerapkali meletakkan telur pada rambut-rambut inangya.
Eklosi (eclosion) adalah proses penetasan atau keluar dari telur; kadang-kadang diartikan sebagai munculnya imago dari fase pradewasa. Eklosi umumnya melibatkan penegukan (swallowing) cairan amnion dan difusi udara ke dalam telur.  Masalah pada eklosi adalah peretakan korion dan lapisan embrio lain serta melepaskan diri dari telur.
 
Retakan dapat terjadi pada permukaan telur secara tidak teratur atau pada garis yang lemah.  Pada beberapa serangga pelemahan lapisan embrio terjadi karena kerja ensim.  Berbagai struktur mungkin terlibat dalam meretakkan korion, yang dapat berbentuk duri (spines) atau pundi-pundi (bladder) yang eversibel (eversible) atau melibatkan kekuatan ekspansi dari bagian tubuh, karena kontraksi, yang dibantu oleh penegukan cairan amnion dan udara (lihat di atas). Beberapa serangga seperti pada Lepidoptera larva menggerigit kulit telur untuk keluar.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Adapun kesimpulan pada materi tentang materi reproduksi serangga ini adalah :
1.      Sebagian besar serangga membiak secara seksual, bagian yang lain secara aseksual atau partenogenetik. Sistem reproduksi jantan berfungsi memproduksi dan menyampaikan atau mengantarkan spermatozoa. Sistem reproduksi betina berfungsi memproduksi dan menyimpan telur, menyimpan spermatozoa, sebagai tempat pembuahan, dan meletakkan telur atau melahirkan larva atau nimfa.
2.      Telur serangga yang matang diletakkan, dan bentuknya beragam mulai dari yang pipih, bulat telur (oval), seperti tong sampai bulat. Sebagian besar telur bagian terbesar telur terisi oleh kuning telur (yolk) atau deutoplasma (deutoplasm), sitoplasma dan inti hanya menempati bagian kecil dari telur.
3.      Perkembangan embrio pada serangga dapat dikelompokkan dalam tiga tipe utama, yaitu :
a.)    OVIPAR
Serangga betina meletakkan telur yang telah matang baik dibuahi maupun tidak.
b.)    VIVIPAR
Pada perkembangan vivipar serangga betina tidak meletakkan telur tapi melahirkan larva atau nimfa muda dalam bentuk individu yang tidak terbungkus kulit telur (korion)
c.)    OVOVIVIPAR
4.      Telur umumnya diletakkan di tempat-tempat yang sesuai untuk kehidupan keturunan.  Telur dapat diletakkan dalam kelompok atau satu-satu, tergantung spesiesnya.
B.     SARAN
Dalam pembuatan makalah selanjutnya alangkah baiknya jika menguunakan sumber sumber yang lebih beragam.



DAFTAR PUSTAKA